"Hei, Aeri!
"Yoo Aeri!"
"Yak! Aeri bodoh!"
Aeri berdecak kesal saat wajahnya dilempar kulit kacang oleh Jungkook.
"Yak! Jeon Jungkook! Kenapa kau melempariku, sih?!" serunya kesal.
Jungkook memutar mata. Sejak tadi ia memanggil Aeri, tapi gadis itu tidak menoleh sama sekali. Sekedar menjawabnya pun tidak. Padahal saat ini harusnya Aeri tengah mengajarinya. Mereka sedang berada di salah satu kafe belajar untuk bimbingan.
"Kau yang tidak menjawabku dari tadi, dasar tuli!" jawab Jungkook. "Kau berniat mengajariku atau hanya menatap kaca seperti itu?"
"Ck, iya, iya!" Si gadis mendengus. "Kan dari tadi aku sudah mengajarimu. Kau saja yang bodoh karena selalu tidak mengerti apa yang kujelaskan. Sebenarnya kau punya otak di dalam kepalamu atau tidak, sih?"
"Waah, sumpah, gadis ini benar-benar!" Jungkook membulatkan matanya dengan mulut yang menganga. Ia menggelengkan kepalanya dengan dramatis. "Guru macam apa ini?" decaknya. "Astaga, lain kali bilang pada ibumu, jika dia tidak boleh mencampur ASI dengan gochujang. Akhirnya jadi seperti ini, kan? Anaknya galak dan bermulut pedas!"
"Tutup mulutmu, Jeon sialan!"
"Inilah, Bunda, mengapa kita tidak boleh mencampur ASI dengan sabun. Nanti beginilah produk yang dihasilkan, mulutnya sangat licin untuk mengeluarkan umpatan." Jungkook tersenyum manis seperti sales penjaja produk.
"Hentikan itu, Jeon!"
"Iya, oke!" Jungkook mendengus. "Memangnya kau lihat apa, sih? Sampai orang tampan di hadapan saja tidak mau dilirik." Jungkook menaik turunkan alisnya sambil tersenyum menggoda.
Aeri hanya memutar matanya jengah. Sudah kebal dengan segala tingkah Jungkook yang aneh luar biasa. "Tidak ada, sih. Aku hanya melihat-lihat keadaan luar saja."
"Ya, ya, ya, keadaan luar dimana Min Yoongi tengah belajar bersama seorang gadis di kafe sebrang jalan." Jungkook berujar sarkas.
Aeri cemberut. Wajahnya memerah antara malu karena tertangkap basah, atau karena marah. "T-tidak, kok!"
"Kau ini--Ya Tuhan~~" Jungkook menunjuk Aeri dengan telunjuknya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Bukan tipe yang pandai berbohong. Ckckck. Kalau mau jadi master berbohong, ayo les padaku! Aku ini tukang tipu nomer wahid! Hanya 1.000 dolar per pertemuan."
"Kau ini bodoh atau apa, sih? Bicaramu ngelantur sekali!" Aeri berdecak kesal.
"Aku kan hanya mencari peluang usaha!"
Aeri hanya diam. Sudah malas menanggapi.
Setelah itu, ada hening beberapa detik di antara keduanya sebelum Aeri berceletuk, "Yoongi Sunbae itu ... apakah dia punya pacar? Atau, sedang dekat dengan seseorang?" Matanya menatap ke sebrang jalan, dimana Yoongi dan seorang gadis asing tengah bercakap-cakap.
Jungkook yang mengerti apa maksud Aeri pun hanya menghela napas. "Kalau yang aku tahu, sih. Tidak ada. Tapi, ya, aku tidak bisa memastikan."
Aeri kembali menatap Jungkook. "Lalu, bagaimana menurutmu? Apa aku cocok dengannya?"
Jungkook memicing. Matanya menyensor Aeri dengan tampang aneh. Sedang gadis yang tengah diperhatikan, justru tersenyum bodoh.
Setelah beberapa saat, Jungkook berdecak. Pemuda itu menutup mata dengan tangan yang memijat pangkal hidung. Rautnya seperti tengah memikirkan bagaimana menghentikan perang dunia ketiga. "Ah, ini akan sulit," katanya sok prihatin. Ia menatap Aeri dengan pandangan sedih. "Sepertinya tidak bisa. Yang jadi masalah adalah aku tidak mau punya kakak ipar yang galak dan gendut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
FanficSaat aku dan Yoongi Hyung membeli mainan baru, aku bertanya pada Ibu, "Siapa dulu yang harus mencoba memainkan mainan itu?" Kemudian Ibu akan menjawab, "Dahulukan kakakmu, Jungkook." Kemudian aku mengangguk dan menyerahkan mainan itu kepada Yoongi H...