Tidak terasa hari ini waktu ujian telah tiba. Entah akibat waktu yang terlalu cepat berlalu atau memang si gadis penulis yang sudah kehilangan ide untuk memperpanjang cerita.
Apapun itu, sekarang Jeon Jungkook tengah duduk di kursinya dengan begitu tegap. Pemuda itu terlampau gugup. Guru pengawas sudah mulai membagikan lembar ujian dengan teliti. Jungkook bolak-balik meremas alat tulisnya, menggigit bibir bawahnya, atau menggerakkan kakinya. Sekali lagi, ia benar-benar gugup. Ini adalah pertama kali dalam delapan belas tahun hidupnya, untuk mengerjakan ujian dengan niat. Ia bahkan belajar semalam suntuk. Itu juga yang pertama kali baginya untuk belajar.
Jungkook menarik napas setengah terkesiap saat melihat lembar ujian yang sudah ditaruh di mejanya. Pemuda itu mendekatkan tangannya pada lembar soal, secara perlahan berniat membuka lembaran itu.
"Ish! Nanti!" Tangannya dipukul oleh sang pengawas. "Tunggu bel berbunyi!"
Jungkook meringis, pemuda itu menunduk meminta maaf sambil menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.
Bodoh! Jeon Jungkook bodoh! Belum apa-apa sudah mengacau!
Bel berbunyi setelah beberapa saat. Para siswa pun serempak membuka kertas ujiannya masing-masing. Jungkook benar-benar takut, ia mengira bahwa soal ujian itu akan sangat sulit. Maklum saja, Jungkook tidak pernah membaca soal ujian, ia langsung saja melingkari jawaban di lembar jawab tanpa pernah melirik soal sedikit pun. Tetapi herannya, nilai Jungkook tidak pernah menjadi yang terendah. Bahkan ia sering sekali mendapat nilai enam atau tujuh walau mengerjakan dengan cara seperti itu. Bayangkan saja betapa hoki pemuda itu.
Jungkook membuka beberapa lembar soal untuk melihat-lihat. Jungkook menaikkan sebelah alisnya setelah selesai membaca.
Eh? Kok mudah sekali? Ini benar ujian untuk kelas dua SMA? Bukan SMP? Batinnya bertanya-tanya.
Berengsek, Jeon. Kalau mau sombong jangan keterlaluan. Aku tahu kau jenius.
Jungkook mulai mengerjakan soal ujiannya. Ia tidak menemukan kesulitan sama sekali, karena menurutnya soal kali ini benar-benar mudah. Apakah sudah pernah kukatakan jika Jungkook sebenarnya begitu sempurna dalam pelajaran eksak?
Dia benar-benar mengerjakan semua soal matematika itu dengan tenang. Bahkan agaknya kalkulus rumit pun tidak menghambatnya sama sekali.
Jungkook menjadi orang yang selesai paling awal. Tidak ada yang kaget, biasanya juga seperti itu. Tentu saja, memangnya berapa lama yang dibutuhkan untuk hanya melingkari jawaban. Mereka tentu tak tahu jika kali ini Jeon Jungkook benar-benar mengerjakan ujiannya.
Pemuda itu kembali ke tempatnya, mengambil tas, kemudian keluar dari ruangan. Jungkook menyempatkan diri untuk lewat di ruang ujian Aeri. Gadis itu terlihat mengerjakan soalnya dengan tenang. Jungkook tersenyum kecil melihatnya dan segera pergi dari tempat itu.
Aku akan masuk ke kelasmu, Aeri. Aku berjanji.
Jungkook memilih untuk pergi ke lapangan basket. Di sana ada tempat nongkrong favoritnya yaitu di bawah pohon beringin pinggir lapangan. Jungkook selalu tidur di tempat itu setiap istirahat. Mungkin ia bisa sekaligus belajar di sana.
***
"Hidup itu, tidak melulu tentang mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, ada kalanya kita juga harus memikirkan kebahagiaan orang lain juga. Jangan jadi egois, tak ada egois yang pernah hidup bahagia." Choi Yeonjun memulai pidatonya. Membuat semua orang yang ada di kantin itu memutar matanya malas.
"Tidak usah sok menggurui, Sunbae. Urusi dulu para kekasihmu itu," sahut Taehyun. "Kulihat tadi Mina Sunbae dan Ahra Sunbae bertengkar di lobi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
FanfictionSaat aku dan Yoongi Hyung membeli mainan baru, aku bertanya pada Ibu, "Siapa dulu yang harus mencoba memainkan mainan itu?" Kemudian Ibu akan menjawab, "Dahulukan kakakmu, Jungkook." Kemudian aku mengangguk dan menyerahkan mainan itu kepada Yoongi H...