"Ibu kandungmu terlihat agak kurang bersahabat, Jeon," celetuk Aeri di tengah pengajarannya.
Jungkook menaikkan alis. "Maksudmu?"
"Yah, kau tahu, terdengar seperti ibu tiri yang suka mengancam Cinderella. Jangan tersinggung, aku hanya mengutarakan apa yang dipikirkan oleh orang awam seperiku."
Jungkook terkekeh mendengarnya. "Ibuku itu, hanya terlalu menawan. Ia tidak suka menebar keramahan berlebih, apalagi kepada gadis bar-bar macam dirimu. Kau tidak berada satu tingkat dengan ibuku."
"Astaga, mulutmu benar-benar kurang ajar!" Aeri melempar kulit kacang ke wajah Jungkook. "Sudah, selesaikan soal ini."
"Aku tidak bisa."
"Apa?" Aeri menganga tidak percaya. "Demi Tuhan, Jeon! Ini adalah soal matematika dasar!"
"Aku payah di eksak."
"Kalau begitu, kerjakan biologi atau Bahasa Inggris."
"Aku tidak bisa menghapal. Dan aku adalah orang yang punya jiwa nasionalisme tinggi. Aku menolak belajar bahasa lain selain bahasa negaraku sendiri." Jungkook mengatakannya dengan dada membusung, seolah hanya ia saja yang mencintai negaranya.
"Heol, pemikiran bodoh!" Aeri berdecak kesal. "Kalau begitu kerjakan soal Bahasa Korea."
"Dengar, aku ini orang Gyeongsang. Bahasa dan dialek yang ku gunakan tidak sama seperti yang dipelajari di sekolah. Jadi jelas, aku tidak bisa."
Aeri menganga. "Hentikan omong kosongmu itu, Jeon, astaga! Aku bisa gila jika terus seperti ini!" Aeri menjatuhkan kepalanya di meja belajar Jungkook. Terlihat kesal, lelah, marah, dan ada setitik kekecewaan.
Jungkook jadi tidak enak hati. Jari-jarinya bergerak gelisah dan ia tidak bisa berhenti menggigit bibir bawahnya. "D-dengar, Yoo Aeri. Kau bisa belajar di depanku. Aku akan mendengarkan. Aku cukup baik dalam mendengarkan jika kau ingin tahu."
Aeri menaikkan kepalanya. Poninya yang sudah sedikit memanjang terlihat berantakan. "Serius? kau bisa?"
Jungkook mengangguk.
Aeri pun mengambil buku bacaannya. "Baiklah, kita akan belajar Bahasa Inggris dahulu karena aku sangat baik dalam hal itu, dan kau sangat bodoh tentang Bahasa Inggris," ucapnya, membuat Jungkook merengut kesal.
"Jangan berlagak kesal, kau tahu aku bicara benar." Kemudian, Aeri sedikit membenarkan letak duduknya. Ia membuka buku dan mulai membacakan satu paragraf yang cukup panjang.
Jungkook tidak terlalu memperhatikan, sebenarnya. Jika boleh jujur, Jungkook sudah memahami seluruh isi dari buku yang sekarang Aeri pegang. Bahkan ia hapal di luar kepala tentang isi paragraf yang sedang Aeri baca. Dia sudah pernah membacanya dulu, saat masih kelas satu. Itu adalah buku tentang kumpulan grammar Inggris. Itu buku di perpustakaan, letaknya di rak paling pojok kanan, berada satu deret dengan beberapa novel klasik seperti Pride and Prejudice, juga dekat dengan lukisan vas bunga, dan lima langkah dari meja sudut perpustakaan. Dulu, Jungkook sering membaca di sana karena tempat itu di bawah AC dan tersembunyi dari para pengunjung.
Benar, Jungkook menghapal sampai sedetail itu.
Karenanya, yang ia lakukan sekarang hanya menatap wajah gadis yang tengah membaca dengan serius di depannya. Bulu mata Aeri ternyata sangat panjang. Matanya tidak terlalu lebar dan mempunyai iris mata sewarna hazel. Kulitnya putih bersih. Pipinya tidak tembam, tetapi juga tidak tirus. Bibirnya tipis berwarna merah muda dan terlihat lembab.
Jungkook menemukan bahwa memperhatikan seorang Yoo Aeri ternyata sungguh menyenangkan.
"Jadi, Jeon," kata gadis itu setelah selesai membaca bukunya. "Apa pokok pikiran dari paragraf yang kubaca tadi?"
![](https://img.wattpad.com/cover/146841244-288-k841982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
FanfictionSaat aku dan Yoongi Hyung membeli mainan baru, aku bertanya pada Ibu, "Siapa dulu yang harus mencoba memainkan mainan itu?" Kemudian Ibu akan menjawab, "Dahulukan kakakmu, Jungkook." Kemudian aku mengangguk dan menyerahkan mainan itu kepada Yoongi H...