Jungkook mendekati gadis yang tengah berbaring di ranjang pasien itu. Si pemuda bahkan belum pulang ke rumahnya sedangkan ini sudah hampir malam. Jungkook juga belum makan atau istirahat sejak tadi siang. Pemuda itu terlalu kaget atas kenyataan yang menimpa kawan terbaiknya.
"Hei, Aeri," panggilnya lirih.
Perlahan Aeri membuka matanya. Gadis itu tersenyum kecil dengan wajah pucatnya. "Kau masih di sini?" ujarnya dengan suara serak.
Jungkook mengangguk. Pemuda itu duduk pada kursi yang ada di samping ranjang pasien. "Bagaimana ini bisa terjadi?" katanya sambil menggenggam tangan Aeri. "K-kau sangat sehat. Kau bahkan tak terlihat sakit sama sekali. Kita bahkan sering bertengkar, tapi kenapa--" Suaranya tercekat. "Kenapa kau sampai seperti ini? Kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?"
Aeri tersenyum kecil. "Maaf. Aku hanya tidak mau kau khawatir. Tidak ada yang tahu selain orang tuaku. Yoongi Oppa juga tidak tahu."
Jungkook tidak langsung menjawab. Pemuda itu memperhatikan wajah pucat Aeri dengan seksama. "Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa mempunyai penyakit jantung?"
"Aku memiliki rhesus darah yang berbeda dengan ibuku. Rhesusku negatif. AB negatif. Salah satu golongan darah yang cukup langka. Untuk bayi yang memiliki rhesus berbeda dengan ibunya, mempunyai kemungkinan untuk lahir cacat atau bahkan mati di dalam kandungan," kata Aeri. "Aku lahir dengan jantung yang sangat lemah. Benar-benar lemah sampai jika aku terlalu bahagia atau terlalu sedih, itu bisa berpengaruh pada kerja jantungku. Karena itulah, ibu selalu membuatku berada di rumah dan belajar. Agar aku tidak pernah bertemu dengan orang-orang yang membuatku bahagia atau sedih. Aku seharusnya tidak pernah terlalu bahagia, Jungkook. Bahkan seharusnya, aku tidak boleh jatuh cinta."
"T-tapi bagaimana seseorang bisa dilarang jatuh cinta? Bagaimana bisa kau dilarang bahagia? Kenapa penyakitmu benar-benar mengerikan seperti ini?" Jungkook mengusak rambutnya frustasi.
"Kau tahu jika orang terlalu senang akan sesuatu, kerja jantungnya akan meningkat dan dia akan berdebar-debar. Sedangkan jantungku benar-benar tidak boleh berdebar terlalu cepat."
"Lalu kenapa kau tidak mendapat donormu? Bukankah ini sudah lama, kan? Kau sudah hampir delapan belas tahun, seharusnya sudah dapat donor!"
Aeri tersenyum tipis melihat wajah frustasi Jungkook. "Sudah kubilang darahku itu langka, bukan? Karena itu sampai sekarang belum dapat pendonor," ujar si gadis. "Dokter bilang, jika aku mungkin bertahan hingga 20 tahun. Tapi bodohnya aku malah bertemu denganmu dan Yoongi Oppa. Menyebalkan. Kalian membuatku terlalu bahagia. Akhirnya seperti ini, deh." Aeri terkekeh.
Jungkook mengerutkan wajahnya. "Yak, bodoh! Bagaimana kau bisa tertawa dalam situasi seperti ini, sialan?!" seru si pemuda. "Kau sakit dan bahkan aku tidak tahu. Padahal kita selalu bersama. Aku benar-benar merasa bodoh."
"Hei, tidak perlu seperti it---"
"Lagipula kenapa sakitmu tidak ada gejalanya, sih?! Kau selalu terlihat baik-baik saja. Menyebalkan."
"Salah satu tanda penyakitku adalah aku mudah lelah. Kau ingat saat kita bertemu di taman malam itu, kan? Saat kau kuminta untuk menggendongku karena aku lelah. Saat itu aku habis menangis, kan? Ingat? Karena itu aku merasa dadaku sedikit sakit. Aku berbohong saat kubilang aku habis berlari lapangan lima belas kali. Lalu saat di kantin kemarin, itu juga sama. Aku terlalu sedih karena Yoongi Oppa akan pergi. Karenanya penyakitku kambuh. Selama ini aku hanya mengonsumsi obat yang bisa bertahan selama beberapa jam."
Jungkook membulatkan mata dan mulutnya. "Wah, kau ternyata sebenar-benarnya penipu ulung. Bagaimana kau bisa menipuku sebegini hebatnya? Astaga, aku tidak percaya ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
FanfictionSaat aku dan Yoongi Hyung membeli mainan baru, aku bertanya pada Ibu, "Siapa dulu yang harus mencoba memainkan mainan itu?" Kemudian Ibu akan menjawab, "Dahulukan kakakmu, Jungkook." Kemudian aku mengangguk dan menyerahkan mainan itu kepada Yoongi H...