Chapter 1

109 6 0
                                    

Kalila terdiam dengan mulut terbuka saat melihat gedung sekolah di hadapannya. Apakah Papinya tidak salah mendaftarkan dirinya? Masa sekolah ini?

Sebenarnya, Kalila terpaksa pindah sekolah sekarang. Dan Papinya malah mendaftarkannya di SMK Kanaka. Padahal dia sudah betah dengan SMK Radranda. Untungnya dia dan Indra dipindahkan saat kenaikan kelas ke kelas 11.

SMK? Ya.

Kalila dan Indra memang berencana untuk langsung bekerja dulu. Setelah kira-kira satu tahun, nanti baru mereka kuliah sambil bekerja. Itu sih rencananya. Karena tidak mungkin mereka meminta uang lagi untuk biaya kuliah.

Indra sendiri tidak memberitahu Kalila tentang rencananya yang akan membiayai kuliah Kalila. Dia akan diam-diam menambahkan uang milik Kalila. Karena baginya, tidak masalah dia tidak kuliah. Asalkan Kalila bisa lulus dengan nilai terbaik.

" Ndra, ini beneran?" tanya Kalila pada Indra yang berdiri di sebelahnya.

" hm. Ayo masuk" ajak Indra.

Kalila menggenggam erat tangan Indra. Matanya menatap sekitar yang justru menatap mereka. Ah, Kalila tahu. Ini pasti karena Indra. Dia sudah tidak heran lagi. Sewaktu dia masuk SMK yang dulu pun sama. Dari kakak kelas sampai satu angkatan pun melirik Indra.

" kayaknya mereka bukan kelas 10 deh "

Langkah keduanya refleks berhenti ketika mendengar celetukan yang entah berasal dari mana itu. Keduanya menatap sekelompok cowok yang kini menghadang langkah mereka.

" anak baru ya? Cantik juga. Siapa namanya? Kenalan dong " ucap salah satu siswa yang namanya adalah Rafi.

" minggir, kita mau ke ruang kepsek" ucap Indra dingin.

Kalila menatap segerombolan cowok-cowok itu yang kini menatapnya dengan tatapan menggoda. Kalila hanya mengeratkan genggamannya pada Indra. Dia tidak mau bermasalah di hari pertamanya. Apalagi dengan siswa-siswa yang bisa Kalila nilai sebagai berandalan.

" gue ngomong sama dia! Udah, sana lo ke ruang kepsek sendiri" dorong temannya Rafi, Fahri, pada Indra.

Kalila menatap tajam kearah mereka. Kalau saja dia waktu itu ikut Indra latihan bela diri, mungkin dia tidak akan ketakutan seperti ini. Ah, dia tidak suka jika ada yang kasar terhadap Indra.

" woi! Apaan nih?! Duh, ribut-ribut aja sih"

Dari arah belakang Kalila, muncullah tiga orang siswa yang bisa Kalila tebak mereka adalah anak berandal disini. Terlihat dari pakaian yang dipakai.

" yaelah, Fi. Lo ngapain? Nyari ribut kok sama anak baru. Gak punya mental lo nyari ribut sama yang lain? Mana yang lo lawan cewek lagi" tanya salah satu dari mereka dengan nada yang tajam.

Muka Rafi memerah dengan tangan yang terkepal. Sementara teman-temannya malah terdiam mendengar ucapan itu.

" udah, bubar-bubar "

Kerumunan yang awalnya tercipta, kini mulai bubar dan hanya tersisa kelima murid itu. Kalila berinisiatif untuk berterima kasih pada ketiga siswa itu.

" uhm, makasih ya" ucap Kalila. Setelah itu, dia dan Indra berniat pergi ke ruang kepala sekolah.

" eits! Siapa yang bolehin lo pergi?" tanyanya.

" Nan, udahlah. Kasian mereka. Baru juga masuk udah dikerjain aja"

Indra menatap ketiganya tajam. Kalila sendiri hanya diam dengan tatapan kearah mereka bertiga. Jujur saja, dia yang tidak bisa bela diri sedikit takut melihat tampang mereka. Tapi setidaknya, disini ada Indra.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang