Chapter 55

18 3 0
                                    

Untunglah Tata baik-baik saja. Kalila lega mendengarnya. Dia dan teman-temannya sedang berada di dalam kamar rawat inap Tata, menunggu gadis itu membuka matanya. Dan juga menunggu pihak sekolah datang.

Kelopak mata Tata berkedut, dan tidak lama Tata membuka matanya. Dia mengerjap pelan dengan pandangan mengedar ke sekelilingnya.

" Tata! Lo baik-baik aja?" tanya Lala khawatir.

Tata berusaha tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Lala. Dia tidak ingat apa yang terjadi, hanya saja dia merasa seperti ada yang kurang. Tapi, apa?

" tenang, Ta. Kata Dokter lo baik-baik aja. Pihak sekolah baru mau dateng" ucap Yudha menenangkan.

Tata hanya tersenyum saja. Dia menatap Kalila yang sejak tadi hanya diam menatapnya. Seperti ingin mengatakan sesuatu.

" Ta, gue gak tau apa ini ada hubungannya sama gue atau enggak. Tapi kalau ada, gue minta maaf ya? Gue bener-bener gak bermaksud bikin lo celaka" ucap Kalila.

" gapapa kok..... Bukan, salah kamu"

Kalila tersenyum mendengar tanggapan dari Tata. Hanya saja, ini terasa janggal. Tata bukan orang yang memiliki banyak musuh. Apalagi sampai harus dicelakai hingga masuk rumah sakit. Yaa, Kalila memang tidak begitu mengenal Tata. Tapi feeling nya mengatakan jika Tata orang baik.

Kenapa bisa begini?

***

Kalila merebahkan tubuhnya diatas kasur. Pikirannya masih melayang memikirkan tentang Tata. Untungnya orang tua gadis itu sudah sampai saat mereka pulang tadi. Jadi Tata tidak mungkin sendirian.

Tapi, kenapa Tata bisa celaka?

Semakin Kalila pikirkan, semakin dia bingung. Apakah ini karenanya? Karena jika dipikirkan lagi, selama ini orang-orang terdekatnya terkena masalah karena dirinya.

Kalila menghela napasnya. Ketukan di pintu kamarnya, membuatnya menoleh. Pintunya terbuka dan menampilkan Tante Thalia, satu-satunya keluarga Papanya yang baik padanya.

" eh? Tante. Kenapa, Tan?" tanya Kalila seraya merubah posisi duduknya.

" gapapa. Tante cuman mau nanya, kamu nyaman gak disini? Kalau gak nyaman, nanti Tante bantu ngomong ke Kak Yanto soal ini" ucap Thalia.

Kalila menatap Thalia yang tampak khawatir dengan keadaannya. Sejak kecil, dia hanya dekat dengan Thalia saja. Dia tidak begitu dekat dengan Aryanto ataupun Karin, kalau Geri sedikit. Kalau diminta percaya diantara keempat saudara Papanya, dia akan mempercayai Thalia.

" Tante Thalia gak usah khawatir. Aku seneng banget bisa tinggal disini. Kalau soal Indra, nanti dia juga biasa kok " ucap Kalila.

Keduanya sama-sama tersenyum. Kalila melupakan masalah yang sedang terjadi di sekolah untuk sesaat.

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan menampilkan Indra yang tengah mengusap rambut menggunakan handuk kecil. Tatapan terkejut tampak dari mata Indra, walau sesaat.

" eh, ada Indra. Kenapa?" tanya Thalia ramah.

Indra menatap Thalia datar, lalu memilih melangkah ke Kalila. Sebaik apapun orang-orang dari keluarganya, menurut Indra mereka tetap jahat. Bahkan Thalia yang sejak kecil sudah baik padanya.

" Kal, gue mau keluar. Mau ikut? " ajak Indra.

Kalila meringis sesaat saat sadar Indra tidak menggubris pertanyaan Thalia. Kalau keluarganya yang lain, Kalila paham Indra belum terbiasa. Tapi ini Tante Thalia. Mereka dulu akrab. Indra kenapa sih?

" mau kemana?" tanya Kalila kepo.

" cari makan" sahut Indra.

" loh? Kamu gak mau makan di rumah aja? Selama 2 bulan lebih tinggal disini, kamu gak pernah makan di rumah. Sarapan di sekolah, makan malem di luar" ucap Thalia.

Lagi-lagi perkataan Thalia tidak dia gubris. Fokusnya masih pada Kalila yang memperhatikan keduanya. Tidak dia pedulikan perkataan Thalia dan keberadaan wanita itu.

" kalau lo gak mau ikut, yaudah. Gue sendiri" ucap Indra, hendak pergi dari kamar Kalila.

" eh! Tunggu! Gue ikut deh" ucap Kalila. Walaupun dia senang dekat dengan keluarga Papanya, bukan berarti dia melupakan Indra yang selama ini menemaninya.

" Tante, Kalila sama Indra makan di luar ya? Maaf ya, Tante" ucap Kalila seraya cepat-cepat mengambil baju dari lemarinya. Dia harus mandi dulu lalu mengganti bajunya.

Sepeninggal Kalila yang langsung ke kamar mandi untuk mandi, keadaan sunyi dengan Indra yang berdiri dekat pintu sembari memainkan ponselnya dan Thalia yang duduk diatas kasur Kalila.

" kamu kenapa gak bisa akrab sama keluarga yang lain?" tanya Thalia berusaha akrab kembali dengan Indra, walaupun nyatanya laki-laki itu terus membangun tembok tak kasat mata antara dirinya dengan orang lain.

" bisa jangan akrab dengan Saya? Sejak hari dimana Saya dan Kalila dibuang, Saya sudah memutuskan untuk membenci seluruh keluarga ini. Bahkan pada Anda sekalipun" ucap Indra tajam.

Tidak lama, Kalila keluar dengan kaos pink pudar dan celana bahan panjang berwarna putih. Tatapannya mengarah pada kedua orang yang tampak canggung di kamarnya.

" hehehe..... Maaf ya, Indra gue lama. Ayo pergi. Tante, kita pamit dulu" ucap Kalila seraya menarik lengan Indra.

***

Kalila menatap Indra yang masih diam saja Padahal mereka hanya berdua sekarang. Dia merasa aneh dengan sikap Indra. Kalila ingin tahu tentang perasaan Indra sekarang, tapi membuka mulut laki-laki yang berstatus sebagai kakak kembarnya itu sangat sulit.

" Indra, lo kenapa sih?" tanya Kalila pada akhirnya.

Indra mendongak untuk menatap Kalila, lalu dia hanya menggeleng saja sebagai jawaban. Tentu saja Kalila kesal. Tapi kalau dia emosi sekarang, yang ada Indra tidak mau cerita.

" Indra, gue ini kembaran lo. Gue paham kalau lo lagi gelisah. Ayo cerita aja sama gue" ucap Kalila.

Indra menghela napasnya. Dia meletakkan sendok makannya, lalu mulai menatap Kalila. Dia sebenarnya tidak mau Kalila tahu apa yang dia rasakan. Hanya saja, Kalila terlalu keras kepala.

" Kal, lo seneng di rumah keluarga besar Papa?" tanya Indra serius.

Kalila sudah tahu jika ini menyangkut keluarga besar Papanya. Karena topik sensitif Indra saat ini hanyalah itu. Tapi dia tidak tahu kemana arah pembicaraan Indra. Dia tidak mau salah bicara.

" seneng. Walaupun bisa dibilang gue gak mau percaya mereka semua, tapi mereka baik sama gue. Dan gue seneng " ucap Kalila.

Indra menatap mata Kalila yang memancarkan binar kebahagiaan. Bagaimana bisa dia ingin merusak itu? Prioritasnya adalah kebahagiaan Kalila, bukan kebahagiaan dirinya.

" yaudah kalau gitu" sahut Indra.

Kalila menatap Indra tidak percaya. Hanya itu? Dia tidak tahu apa yang Indra pikirkan setelah mendengar perkataannya. Tapi Indra tampak tidak ingin melanjutkan obrolan mereka.

" lah? Udah? Lo gapapa? " tanya Kalila.

Indra hanya mengangguk seraya tersenyum tipis saja. Apa yang ada di pikirannya, biarkan dia saja yang tahu. Kalila bisa tahu nanti.

Yang Indra ingin lakukan adalah membahagiakan Kalila walaupun itu artinya dia harus mengorbankan segalanya.

Tbc.

Hayoo..... Makin rumit aja nih. Gimana pendapat kalian tentang Kalila? Indra? Keenan? Vanya? Gama? Yudha? Lala?

Menurut kalian disini tuh siapa sih yang salah? Siapa yang jahat?

See you in chapter 56!!!!!

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang