Chapter 12

32 3 0
                                    

Kalila terdiam dengan tatapan mengarah pada laki-laki yang juga menatapnya. Kalila masih ingat dengan laki-laki ini. Laki-laki yang membawanya pada kebahagiaan sesaat, karena setelah itu yang laki-laki itu lakukan adalah menorehkan luka yang sangat dalam.

" kok tau nama lo? Lo kenal?" tanya teman dari laki-laki yang bernama Tara tersebut.

" lo kayak gak tau gue aja. Gue kan terkenal, bego! Masa cewek kayak dia gak kenal gue" kekeh Tara tanpa perasaan.

Kalila terdiam dengan mata yang mulai berlinang air mata. Sebisa mungkin dia mengalihkan pandangannya dari Tara dan teman-temannya yang tertawa entah karena apa.

" ck! Bisa gak ke belakang aja? Ganggu tau gak" itu suara Keenan.

Kalila langsung menghapus air mata yang secara tiba-tiba mengalir itu. Dia tersenyum tipis, tampaknya dia harus berterima kasih pada Keenan. Kalila tahu jika Keenan katanya ditakuti di sekolah. Walaupun tidak terlibat dalam geng apapun, tapi jika dia sudah berkelahi katanya bisa sampai membuat orang babak belur.

Tara dan teman-temannya pun hanya terdiam, lalu berangsur kembali ke belakang satu persatu. Kalila pun menghela napas lega saat Tara sudah kembali ke belakang. Namun kelegaan nya sirna saat tatapan tajam Indra tertuju padanya.

" lo gak ada hubungan kan sama cowok brengsek itu?" tanya Indra serius.

" eng-enggak kok. Kan lo juga tau gue cum-"

" Kalila, gue tau kapan lo bohong sama jujur. Sekarang gue minta lo jujur atau gue bakalan marah setelah cari tau kebenarannya sendiri" potong Indra tajam dengan penekanan di setiap kalimatnya.

Kalila terdiam sembari menunduk. Dia tidak berani menatap mata Indra yang tampaknya marah padanya. Dia selalu takut jika Indra marah padanya. Karena baginya, satu-satunya orang yang akan selalu di sisinya dan tidak meninggalkannya hanyalah Indra. Jika Indra saja marah, apakah nanti Indra akan meninggalkannya?

" Kal, hei", Indra mengangkat dagu Kalila agar cewek itu menatapnya. Namun rasanya percuma, karena mata Kalila tetap menatap kearah lain, " gue cuman minta lo jujur. Kalau lo jujur sekarang, gue gak akan marah banget. Tapi kalau lo lebih milih gue cari tau sendiri, jangan salahin gue kalau gue bakalan marah besar", lanjutnya.

" jangan!," Kalila spontan menggenggam tangan Indra," jangan marah. Yaudah, iya gue kasih tau", ucapnya.

" jadi sebenarnya gue pernah pacaran sama dia", Kalila melirik Indra takut," ta-tapi cuman 2 bulan kok. Terus..... Ya kita putus deh", lanjutnya.

" putus? Karena apa?" tanya Indra.

" k-karena umm..... Se-sebenarnya dia....." Kalila tampak ragu untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

" apa?" tanya Indra.

" umm.....", Kalila menarik napasnya dalam-dalam sebelum memulai menceritakan yang sebenarnya, " dia sebarin soal masalah gue sama Papa. Sebarin apa pekerjaan yang gue lakuin. Makanya satu sekolah tau", jelasnya.

Kalila dapat melihat jika rahang Indra mengeras. Jika tidak memikirkan Kalila dan keberadaan mereka sebagai anak baru, mungkin Indra sudah menghantam wajah tampan Tara sekarang. Dia tidak peduli apakah dia sedang didalam bus atau dimana pun. Siapapun yang berani menyakiti Adiknya, maka dia harus berhadapan dengan Indra. Itulah yang dia pikirkan.

" In-Indra..... Jangan marah. Gue gapapa kok. Lagian itu udah lama " ucap Kalila berusaha menenangkan Indra. Padahal dalam hatinya, dia sudah takut setengah mati. Indra marah itu termasuk dalam daftar hal yang dia takuti.

Indra menatap Kalila, namun tatapannya kini berubah menjadi lembut. Berbeda saat dirinya baru selesai mendengarkan cerita Kalila. Tatapan matanya tajam dan menghunus siapapun yang berani menatapnya. Namun dia akan menjadi sosok Kakak yang lembut jika dihadapan Kalila.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang