Chapter 10

24 3 0
                                    

Seminggu lebih sudah terlewati. Kayla pun sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Dan sikap possesif Jason semakin menjadi-jadi. Bahkan dia rela tidak ikut kemah hanya demi menjaga Mamanya.

" gak. Kamu ikut kemah aja" ucap Kayla yang kala itu tengah makan malam bersama, sebelum ketiga anaknya berangkat kemah besok.

" gak mau, Mami! Nanti kalau Papi kerja, yang jagain Mami siapa? Bang Gavin kan juga kerja. Pokoknya, Jason mau nemenin Mami. Lagian kemah juga gak penting" ucap Jason kekeuh pada keputusannya. Memang Jason keturunan Andre banget. Keras kepala.

Kalila hanya tertawa melihat adu mulut antara Kayla dengan Jason. Jason ini, di sekolah aja sikap dan tampangnya dingin dan sangar. Tapi di rumah, mulutnya bawel banget.

" Jason, dengerin Mami. Gak usah temenin Mami di rumah. Nanti Mami ikut ke kantor Papi aja. Kamu tetep ikut kemah dan jagain Kalila. Masa iya di rumah Mami udah dijaga 3 orang, sementara Kalila cuman satu? Kamu kan panitia juga" jelas Kayla.

Jason sebenarnya masih ingin kekeuh dengan keputusannya. Tapi melihat Maminya yang sebentar lagi akan mengamuk jika dia tidak menurut, akhirnya dia menyerah saja.

" oke. Tapi terus kabarin Jason kalau ada apa-apa " ucap Jason seakan-akan dia adalah kepala keluarga disitu.

Kalila tersentak kala getaran ponselnya yang dia taruh diatas paha, terasa. Dia melihat nama penelepon, kemudian mengerutkan keningnya. Nomor asing? Siapa yang mengetahui nomornya selain teman-temannya dan keluarganya?

" Ndra, kenal nomor ini gak?" tanya Kalila setengah berbisik pada Indra yang berada di sebelahnya.

Indra melirik ponsel Kalila, lalu menggeleng. Namun tak urung dia mengambil ponsel itu lalu menerima panggilan yang entah dari siapa itu. Dia bukannya penasaran semata, hanya saja ingin tahu siapa yang berniat menelepon adiknya malam hari begini.

Panggilan dia angkat, namun Indra tidak kunjung mengeluarkan suara. Dia tidak mau si penelepon tahu jika bukan Kalila yang mengangkat.

" Kalila kan?"

Suara cewek.

Indra sepertinya mengenal suara yang dia dengar barusan. Tapi siapa? Dia tetap mendiamkan panggilan tersebut sampai suara itu kembali terdengar.

" Kalila, bener kan? Apa gue salah sambung?"

" ini siapa?" akhirnya Indra angkat suara juga.

Tut tut tut.

Dan saat itu juga panggilan dimatikan oleh si penelepon. Indra sendiri hanya diam saja kala panggilan tadi dimatikan. Berarti ada yang sengaja meneror Adiknya. Kenapa juga si penelepon mematikan panggilannya kala mendengar suara Indra, jika memang hanya mau berteman dengan Kalila?

" siapa, Ndra?" tanya Kalila kepo. Tangannya mengambil ponselnya yang disodorkan oleh Indra.

" bukan siapa-siapa. Lo save nomornya pake nama anonymous. Kalau dia nelpon lagi, kasih tau gue " ucap Indra.

Kalila hanya menurut saja. Lagipula dia tahu jika yang dilakukan Indra adalah demi kebaikannya. Kalau pun terkadang dia ingin tahu apa yang sebenarnya Indra ingin lakukan.

" nah, ini udah malem. Waktunya kalian tidur, biar besok gak telat. Sana naik" ucap Andre sembari tersenyum kearah anak-anaknya.

Ketiga anak remaja itu hanya mengangguk, kemudian masing-masing dari mereka memasuki kamar masing-masing. Hanya saja, Kalila merasa jika dirinya tidak akan bisa tidur jika tidur sendiri. Akhirnya, dia memutuskan untuk ke kamar Indra.

" Indraaa..... Boleh masuk gak?" tanya Kalila dari depan pintu kamar Indra.

" masuk aja"

Kalila pun membuka pintu dan segera masuk kedalam. Dia menghampiri Indra yang tengah memainkan ponselnya dengan badan yang dia sandarkan di kepala kasur. Kalila duduk di pinggir kasur sembari menatap Indra, ingin mengajukan permintaannya.

" kenapa?" tanya Indra.

" umm...... Malem ini boleh gak gue sama lo tidur bareng? Gue takutnya gak bisa tidur kalau tidur sendiri" pinta Kalila.

Kalila tahu jika Indra tidak mungkin menolaknya. Dan dia langsung tersenyum bahagia ketika Indra mengangguk, tanda jika laki-laki itu tidak keberatan Kalila tidur disini malam ini.

Kalila menidurkan dirinya di sebelah Indra, yang langsung membuat Indra meletakkan tangannya sebagai bantalan kepala untuk Kalila. Kalila tersenyum menatap Indra yang hanya diam, namun tatapannya teduh.

" kenapa? " tanya Indra.

" hehehe..... gapapa kok. Cuman kan besok kita beda tempat. Lo pastinya satu tenda sama yang cowok dan gue bakalan se-tenda sama Vanya. Gue masih pengen cerita banyak sama lo " sahut Kalila.

" hm. Cerita aja "

Dan Kalila menceritakan segalanya yang hendak dia ceritakan. Mengenai dirinya yang senang sekali berteman dengan Vanya, kemiripannya mengenai hobi yang sama dengan Vanya, keributan yang sering diciptakan dari adu mulutnya dengan Yudha, sampai teman barunya Lala.

Beberapa kali Kalila sempat memergoki Indra yang tampaknya ingin tidur, namun laki-laki itu berusaha supaya tetap terjaga demi mendengarkan cerita Kalila. Dan inilah yang selalu Kalila khawatirkan dari Indra. Dia hanya memikirkan Kalila tanpa memikirkan dirinya sendiri.

" hoamm..... gue udah ngantuk nih. Ayo tidur biar besok gak telat. Kan kita harus bangun pagi " ucap Kalila.

Indra mengangguk seraya membenarkan posisi tidurnya dan Kalila. Dia mengusap puncak kepala Kalila, sebelum akhirnya memejamkan matanya bersamaan dengan Kalila. Namun, nyatanya Kalila hanya berpura-pura tertidur supaya Indra tidur.

Kalila hanya berharap jika malam ini berlalu dengan cepat dan esok hari cepat datang. Dia sudah tidak sabar dengan kemah besok.

Semoga saja sesuai dengan yang dia harapkan.

Tbc.

Singkat ya? Gapapa deh. Lagi gak punya ide buat adegan Kalila-Indra. Niatnya pengen dibikin panjang, tapi ternyata susah. Yaudah deh.

See you in chapter 11!!!!!

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang