Chapter 38

11 3 0
                                    

Kalila tidak percaya jika orang tua angkatnya mengenal sosok di hadapannya ini. Kalila pikir, selama nya mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

" Pe-Pedro?"

Yap. Pedro Derand Stevanus.

Laki-laki yang dulu pernah menjadi temannya, menjadi tempatnya berkeluh kesah, hingga akhirnya menjadi awal dari segala keresahan yang selama ini dia alami.

" hello, honey. How are you? I really miss you so much " ucap Pedro disertai senyuman mengerikan yang sejak dulu Kalila benci.

Indra berdiri di depan Kalila, menghalangi Pedro yang bisa saja maju menuju Kalila. Dia tidak boleh lengah sedikitpun. Nyawa Kalila bisa jadi taruhannya.

" wah, wah, lo udah berani ya sekarang"

" Derand, jangan ganggu mereka. Saya kasih kamu buat jadi mata-mata mereka, tapi jangan apa-apakan keduanya. Mereka aset penting" ucap Dedi. Bagaimanapun, dia pintar menganalisis. Dia tidak boleh membiarkan Derand membunuh Indra yang dekat Kalila, dia juga tidak boleh membiarkan Kalila kenapa-napa. Karena Indra, tidak akan mau jika Kalila tidak ada.

" okee, cuman mata-matain aja" ucap Pedro, terkekeh.

Setelah itu, Papanya dan Pedro pergi meninggalkan keduanya. Kalila langsung terduduk lemas begitu mereka pergi. Rasanya dia sudah tidak kuat lagi. Kenapa setelah sekian lama, dia malah kembali lagi?

" Kal, ada gue. Lo gak akan kenapa-napa. Gue udah jauh lebih kuat daripada dulu" ucap Indra, mengusap bahu Kalila.

" gue..... Gak mau ada yang kenapa-napa lagi, Ndra. Gue takut kayak, Keenan, Gama, atau Yudha kenapa-napa. Lo juga. Gue gak mau lo kenapa-napa lagi" ucap Kalila.

" gue gak akan kenapa-napa. Trust me " ucap Indra.

Kalila tidak tahu kedepannya akan bagaimana. Tapi dia berusaha percaya pada Indra. Karena bagaimanapun, hanya Indra yang mengerti seberapa takutnya dia sekarang.

***

Keenan mengetukkan kakinya ke lantai berulang kali. Dia gelisah. Sesekali matanya menatap kearah pintu kelas. Dia sedang menunggu kedatangan Kalila dan Indra. Dia tidak sendiri. Dia bersama yang lainnya. Bahkan Gama, Yudha, dan Lala juga disini.

" duh, lama banget njir! Mereka gak pindah kan?" gerutu Keenan.

" sabar dong, Nan. Gue percaya mereka gak akan pindah" ucap Vanya. Walaupun dia sendiri ragu. Semalaman dia berusaha menelepon Kalila dan Indra. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat telepon.

" gue pastiin mereka masuk" ucap Gama.

Tidak lama setelah Gama berucap, kedua anak kembar itu benar-benar datang. Mereka berjalan masuk dengan wajah lelah.

" Kalila! Ahhh..... Gue udah mikir yang enggak-enggak" ucap Vanya, seraya memeluk Kalila erat.

" Kal, ya ampun. Gue khawatir sama lo berdua" Lala ikutan memeluk Kalila.

Disisi lain, Indra berdiri tepat di sebelah Keenan yang sedang duduk. Dia menghindari tatapan mata teman-temannya. Bukannya apa, dia hanya..... Entahlah. Dia juga tidak bisa mendeskripsikan apa yang dia rasakan.

" soal kertas itu, maksud lo apa?" tanya Yudha.

" Yud, gue gak ngerti kertas apa maksud lo " ucap Indra.

" Lah? Kan-mmpptt....." Yudha melotot kearah Gama yang membekap mulutnya.

" Ndra, lo gapapa?" tanya Gama datar.

KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang