Chapter 14

1.5K 137 9
                                    

Flashback

Hari ini adalah pesta pembukaan cabang baru perusahaan keluarga Aditama, tuan dan nyonya Aditama sedang menunggu kedua anaknya untuk pergi bersama ke acara tersebut yang diselenggarakan di ballroom hotel bintang lima di Jakarta.

" Nak ayo cepat, nanti kita terlambat" nyonya Aditama berteriak agar Adinda dan Nathan yang berada di lantai dua itu mendengar suaranya.

Adinda turun lebih dulu dari Nathan, ia nampak cantik menggunakan dress dengan panjang selutut berwarna hitam tak lupa wajahnya yang dihiasi make up tipis membuat ia nampak bersinar untuk malam ini.

" Ibu, bagus ga dress nya? "Tanya Adinda sembari memutar badan nya, rasanya masih agak canggung jika memakai dress mengingat saat kerja ia selalu memakai kameja dan celana bahan yang dipadukan dengan Sneli nya.

" Bagus kok, kamu keliatan cantik" puji sang ibu dengan disertai kekehan " ini kakak kamu lama banget, make up atau gimana sih heran ibu yang cewe siapa yang ribet siapa " gerutu nyonya Adinda, bagaimana tidak menggerutu ia telah menunggu selama tiga puluh menit dan acara akan dimulai satu jam lagi.

Sebelum nyonya Aditama turun Nathan lebih dulu turun dari kamarnya lalu tersenyum lebar tanpa rasa bersalah

" Lama banget kak " protes nyonya Aditama

"Maaf ya Bu aku lupa tadi nyimpen jam tangan aku dimana" Nathan terkekeh sedangkan kedua wanita didepan nya hanya menggelengkan kepala. Dasar masih muda sudah pelupa

Dirasa semua sudah siap mereka pun pergi ke hotel menggunakan mobil yang di kendarai oleh supir pribadi keluarga Aditama

***

Pemuda itu menggeram kesal, pasalnya perusahaan nya kini diambang kebangkrutan karena ayahnya yang biasa menghandle pekerjaan ini telah meninggal satu bulan yang lalu dikarenakan terlalu memforsir dirinya untuk bekerja dan bekerja sedangkan ibunya yang dari dulu entah kemana. Lebih kesal lagi saat Aditama.corp membuat kantor cabang baru dan tak lupa sahamnya sedang melejit tahun ini sedangkan perusahaannya? Hah menyedihkan. Gegara Aditama.corp ayah nya harus meninggal karena harus terus bisa bersaing dengan perusahaan itu sehingga ayahnya menjadi gila kerja bahkan lupa makan dan tidur

Melonggarkan dasinya lalu pria itu menghubungi Jaehyun yang notabene nya adalah sahabat dari kecilnya.

" Jae, sepertinya aku akan bertindak sesuai perkataanmu waktu itu " Sambar Taeyong si pemuda menyedihkan sejak ayah nya meninggal

"Kau serius? " Tanya Jaehyun was was, nampaknya sahabat nya sudah sangat geram

"Aku serius Jae, mari jalankan keinginan ku malam ini, sekarang aku berangkat kerumah mu" Taeyong memutuskan sambungan sepihak

Setelah memakai jaket hitamnya Taeyong pun memasukan Handphone nya ke saku jaket lalu berlalu ke gudang persenjataan nya, terlihat Yuta yang sedang membersihkan gudang kumuh tersebut

" Yuta ambilkan aku Colt 1911" suruh Taeyong kepada sekertaris nya yang sangat baik itu, padahal perusahaan sedang down tapi Yuta tetap mau berbaik hati masih bekerja dengan Taeyong
Yuta menyerahkan senjata api itu kepada Taeyong " ayo kau harus ikut" ucap Taeyong lalu keluar dari gudang.

***

Ballroom hotel nampak ramai karena sang pemilik acara baru saja turun dari mobilnya keluarga Aditama  pun mulai beranjak dari mobil dan mulai menginjak red carpet yang disediakan, wartawan mulai ricuh saat mobil melaju untuk diparkir kan menyisakan keluarga Aditama yang berdiri sembari melambaikan tangan menyapa beberapa wartawan

Dibalik acara yang ramai itu kini tiga pemuda itu sedang bersembunyi agak jauh dari hotel. Taeyong, Jaehyun dan Yuta masih mengintai tuan dan nyonya Aditama yang kini mulai melangkah kan langkahnya untuk memasuki hotel.

Baru saja beberapa langkah mereka beranjak Taeyong dan Jaehyun menekan pelatuk Senjata api mereka yang mengarah pada tuan dan nyonya Aditama. Dan benar saja peluru itu pun akhirnya berhasil menembus bagian letak jantung mereka, hey jangan remehkan kedua sahabat itu mereka sangat pandai dalam hal menembak.

Dalam sekejap suasana menjadi riuh, Adinda dan Nathan panik melihat kedua orang tuanya bersimbah darah. Dengan segera Adinda menahan perdarahan ibunya sedangkan ayah nya dibantu oleh beberapa reporter dengan arahan dari Adinda,sedangkan Nathan yang melihat sekilas si pebembak langsung mengejar nya. Namun nihil ia tidak menemukan siapapun
Setelah ambulance yang telah dihubungi pihak hotel datang, Adinda pun segera masuk ke ambulance yang membawa ibunya, sedangkan ayahnya terpaksa tidak ditemani karena Nathan harus berurusan dengan pihak berwajib di Hotel tadi.













- To Be Continue -

The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang