Chapter 9

1.6K 143 1
                                    

Sherly mengerjapkan matanya pelan, terlihat samar samar tiga lelaki berdiri didepan pintu sembari mengobrol, setelah penglihatan nya mulai normal ia baru sadar bahwa ruangan yang ia tempati begitu gelap dan kumal menciptakan suasana yang menyeramkan ditambah dirinya yang diikat disebuah kursi dan tangannya terikat ke bagian belakang kursi dan ia juga baru sadar bahwa mulut nya dibekap oleh kain hitam. Sherly benar benar takut, ia mencoba mengingat kembali kejadian sebelumnya.

Flashback

Setelah mengobrol dengan Adinda di kantor Nathan kini mereka setuju untuk makan malam di restauran langganan keluarga Sherly. Setelah waktu menunjukan pukul setengah tujuh malam barulah hidangan mereka tersaji siap untuk disantap, sesekali mengobrol ringan saat makan.

" Jadi kapan nih kak niat mau serius? " Celetuk Adinda membuat keduanya diam seketika

" Apa sih dek, kakak masih banyak projek lagian kita masih nabung dulu. Biaya nikah kan gak murah " jawab Nathan kesal,

dasar adiknya yang satu ini menyebalkan sekali padahal ia baru saja dikenal kan dengan Sherly tapi sudah bertanya mengenai menikah

" Hehe iya Din tenang aja, aku juga lagi banyak kerjaan di rumah sakit " sahut Sherly canggung.

Adinda pun menyahuti mereka berdua dengan senyum. Yah dia mengerti kalo kakaknya yang satu ini workaholic pasti masih sulit untuk membahas jenjang selanjutnya yang seharusnya ia tempuh mengingat kini umurnya yang terbilang sudah pas untuk menikah.

Selepas makan malam Nathan pun mengantar kan Sherly ke rumahnya lalu kembali lagi ke kantor mengingat tadi beberapa berkas nya tertinggal disana.
Setelah Nathan pergi Sherly pun mulai melangkah kan kakinya ke unit apartemen nya. Dan sialnya ia lupa bahwa hari ini di apartemen nya sedang terjadi pemadaman listrik. Bermodal flash dari handphone nya ia pun berjalan menaiki tangga untuk menuju unitnya yang terdapat di lantai dua. Namun saat di lorong lantai dua ia merasakan ada yang mengikutinya, saat ia berbalik tetapi tidak ada seorang pun disana, mengacuhkan rasa takut nya Sherly pun mulai melangkah kembali menuju Unitnya yang terletak di ujung lantai dua. Belum tiga langkah ia melangkah seseorang menepuk pundak nya, saat ia akan membalikan badannya ia malah di bekap terlebih dahulu lalu pandangan nya pun mulai kabur dan semuanya pun terlihat gelap.

Sial setelah mengingat semua nya ia tahu ternyata ia diculik, tapi siapa yang menculik nya? Sebelum ini ia tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain, paling paling dengan atasannya yang selalu mengomelinya dengan tim nya jika rumah sakit sedang ramai.
Terlarut dalam pikiran nya, tanpa sadar kini ketiga pria tadi ternyata sudah meninggalkan nya diruangan yang menyeramkan ini sendirian bahkan ruangan pun mereka kunci, karena ketakutan akhirnya Sherly menangis ia berharap Nathan atau siapapun itu datang menolong nya.

***

Setelah kaos terakhir telah dimasukan ke dalam tas travel milik Taeyong kini Adinda membantu Taeyong untuk merapikan bangsal rumah sakit. Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit akhirnya Taeyong bisa pulang kembali ke rumah dan Adinda yakin jika lelaki yang satu ini akan langsung kerja daripada beristirahat dahulu pasca ia keluar dari rumah sakit.

" Inget jangan dulu kerja atau keluyuran, kamu harus banyak istirahat dulu awas aja ya kalo kamu ketauan pegang laptop atau pergi ke kantor " omel Adinda saat melipat selimut bangsal yang dibalas cubitan pipi oleh Taeyong

" Iya iya bawel banget sih " Taeyong pun terkekeh saat melihat wajah cemberut Adinda.

Ketukan pintu ruangan membuat keduanya menoleh, terlihat Yuta berdiri diambang pintu lalu membungkuk tanda hormat

" Masuk " titah Taeyong, lalu Yuta mulai melangkah menghampiri tuannya.

" Maaf tuan, ada yang akan saya sampaikan " Taeyong pun melirik Adinda,ia tahu jika Yuta pasti akan membahas tentang rencana nya dan sudah pasti siapapun tidak boleh ada yang tahu termasuk Adinda

" Kamu tunggu diluar ya sebentar " pinta Taeyong. Adinda penasaran mengapa ia harus tunggu diluar? Apakah pembicaraan mereka benar benar privasi sehingga Adinda pun tidak boleh tau? Dengan senyuman terpaksa Adinda pun melangkah keluar, daripada ia bosan menunggu mereka lebih baik ia mengurus beberapa administrasi Taeyong selama dirawat.

Sementara di dalam ruangan mereka mulai membicarakan rencana yang telah berhasil ia jalankan bersama Jaehyun, hah sahabat nya yang satu itu sangat cerdik membuat rencana untuk membantu nya mengusir hama sekaligus membalas dendam tentang apa yang terjadi di masa lalu.

" Tuan, semuanya sudah beres mungkin bagian ini tinggal bagian tuan bersama tuan Jaehyun yang menangani " lapor Yuta, Taeyong pun tersenyum licik membayangkan betapa serunya rangkaian rencana ini

" Baik, terimakasih Yuta dan jangan lupa tetap perdalam informasi mengenai keluarga Aditama " titah Taeyong " nanti  setelah aku baikan aku akan mampir ke gudang " senyum licik Taeyong semakin terlihat jelas di wajah tampan nya, senang sekali rasanya ia akan bertemu si manis pujaan hati musuhnya ini.
























- To Be Continue - 

The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang