~ Karena pada akhirnya, hanya
hatilah yang tahu
kemana ia akan
berlabuh ~.
.
.
.
.
.
.
.
.
---------------------------------------------------------Krist merasa damai saat ini. Berada dipelukan seseorang sambil menghirup harum tubuhnya. Krist sangat suka harum tubuh Singto. Bukan harum parfumnya tetapi tubuhnya. Karena Krist merasa harum tubuh Singto seperti aroma sabun yang wangi dan segar. Krist merasa ingin berlama-lama dalam pelukan Singto.
Begitupun halnya Singto, ia tersenyum lega saat ini. Tubuh yang selama ini hanya bisa dipandanginya, saat ini berada dipelukannya. Diantara kedua lengannya, dan dia menyukai harum sampo Krist yang wangi. Rambut Krist begitu lembut membuatnya nyaman menyentuh rambut itu.
Soal posisi, jangan tanyakan itu.
Mereka masih ditempat yang sama dan posisi yang sama."Kit... Phi sudah pasrah. Jika kit akan meninggalkan phi, phi akan menerimanya."
"Kenapa kau begitu bodoh phi? Untuk alasan apa aku meninggalkanmu??"
"Tapi Kit... Kau tau kan? Kita ini pria. Cinta diantara kita itu salah.. Bukannya phi ingin menyerah, tapi phi tidak ingin kau terbebani karena ini,"
"........"
"Phi sangat mencintai kit.. kit orang pertama yg phi benar-benar cinta. Sampai rasanya sangat sesak. Sangat sakit ketika phi ingin bertemu tapi kita tidak bisa.."
"Kalau begitu kenapa phi ragu? " Krist melonggarkan pelukannya dan menatap mata Singto. Dapat dirasakannya tatapan teduh itu menatapnya penuh kasih. Namun Krist menatap dengan tajam. Ia harus meyakinkan Singto. Lalu Krist mendorong Singto sampai ke dinding pembatas yang terletak disebelah tangga. Singto hanya pasrah mengikuti.
"Kenapa kau ragu phi? Jika yang kau takutkan adalah pandangan orang lain, " Krist menatap dalam mata Singto berusaha menyalurkan keyakinan dalam dirinya.
"Aku tidak peduli, yang kutahu, aku menginginkanmu phi, hanya ituu."
Singto merasakan keyakinan yang kuat dalam diri Krist. Tangan Singto terangkat untuk menyentuh bahu Krist.
"Tapi Kit...." cup*Sebelum Singto bisa berucap. Bibirnya sudah ditawan oleh Krist. Krist menahan kata-kata yang akan keluar dari bibir itu. Ia tidak ingin mendengar keraguan Singto lagi. Ia sudah berpikir banyak sampai akhirnya bisa memantapkan hatinya.
Singto tersenyum disela ciuman itu, ia merasa mendapat keyakinan yang kuat. Ia merasa bahagia. Kedua tangannya naik menyentuh pipi Krist dan memiringkan kepalanya. Singto memagut bibir Krist. Ia melumat bibir bawah Krist dan menghisapnya. Tanpa tahu bahwa gerakan bibirnya menghantarkan getaran aneh kedalam diri Krist. Krist merasakan dadanya bergemuruh dengan jutaan kupu-kupu berterbangan diperutnya. Kedua tangan Krist meremat kemeja Singto dengan erat.
Merasa pasokan udara menipis, Singto melepaskan bibir Krist dengan kening yang masih saling menyatu. Singto menatap dalam ke netra imut didepannya. Begitu pula Krist, ia memerah merasakan tatapan penuh cinta Singto kepadanya dalam jarak sedekat ini.
"Hhh... Kit, ini artinya....."
"Mmh.. iyaa phi, aku tahu kau tidak bodoh untuk mengerti.." Singto tersenyum mendengar jawaban Krist. Ia menarik Krist kedalam pelukannya. Ia merasa sangat bahagia. Krist menyembunyikan wajah merona ke ceruk leher Singto. Ia merasa malu sekaligus bahagia. Jemarinya meremas depan kemeja Singto dengan lembut. Ia merasa lengkap dengan kedua pinggangnya dilingkari lengan kokoh prianya. Uhh prianya?Dan tanpa mereka ketahui, sepasang mata dengan tatapan jijik menatap mereka dari kejauhan. Setelah tersenyum mengejek beberapa saat, sosok itu melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
Skip time
Kamar Singto
19.05 p.m"Kau tidak lelah tersenyum seperti orang bodoh? Kau seperti baru saja mendapat harta karun, nong.."
Singto tidak menjawab, ia hanya menatap kearah Tay yang berdiri di tepi jendela sebelah ranjang dengan tangannya yang memegang sekaleng bir. Tay dengan santai meminum birnya sambil menunggu respon lawan bicaranya. Namun, hanya hening yang didapatnya."Kau tidak berniat membaginya denganku?," Tay pun mendekat kearah Singto dan duduk disebelahnya.
"Kau ingin tahu apa? Kau pasti sudah tahu," itu lah jawaban dari Singto. Ia beranjak menuju kulkas dan mengambil soya kesukaannya.
"Pasti Krist kan? " Tay hanya mendapatkan senyum manis dari pria itu. Tay berdiri dan pindah duduk kesofa yang ada didepan ranjang. Disusul oleh Singto yang duduk disebelahnya.
"Pada akhirnya, kalian sudah menentukan pilihan,eh? " Tay memberikan senyuman simpulnya.
"Begitulah phi.. rasanya kebahagiaan ku lengkap dengan kehadiran Krist."
"Kau yakin Sing?"
"Hmm.."
"Meskipun kalian sama-sama?"
"Yak phi. Aku yakin 1000% yakin,"
"Kau berlebihan, tidak sampai sebanyak itu,"
"Itu agar kau percaya phi, aku benar-benar yakin."
"........"
"Aku tidak peduli dengan apapun respon orang lain.."
"........"
"Yang aku pedulikan adalah.. kenyataan bahwa aku sangat mencintai Krist."Tay tertegun sejenak menatap keyakinan Singto sebelum akhirnya ia tersenyum. Singto melemparkan cengirannya kepada Tay dan dibalas dengusan halus. Malam itu mereka habiskan dengan saling bercanda dan bercerita.
Rumah Krist
20.02 p.mKrist sedang berselonjor di tempat tidur nya dengan kacamata bertengger dihidung mancungnya. Dan sebuah novel love story' ditangannya. Jangan sangka ia fokus membaca novel itu, ia hanya berusaha mengalihkan pikirannya.
Jika dilihat seksama, terlihat semburat merah menghiasi pipinya. Ia tengah menahan sesuatu.
"Argh... Kurasa lama-lama aku bisa gila..." Ia membanting novel itu ketempat tidurnya. Ia berbalik memeluk gulingnya setelah melepaskan kacamatanya.
"Aow Singtuan... Kenapa kau berpengaruh sebesar ini padaku? Kenapa??? Sebelumnya belum ada yang menyukaiku dengan tulus seperti ini.. " Krist menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa aku seperti seorang gadis yang jatuh cinta?? Kenapa aku seperti inii?? Hahhh... Lebih baik aku tidur saja... " Setelah memastikan semua aman, Krist bersembunyi didalam selimutnya agar bisa dengan cepat tertidur.To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
God's Scenario About Us || KristSingto (Complete) √
Любовные романы~Hanya karena aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa menyakitiku seperti ini, Phi! Luka yang kau torehkan memang tak lagi berdarah, tapi kau sendiri tahu kan bahwa... luka pasti meninggalkan bekas. Dan bekas ini akan selalu ada, membuatku ingat mas...