Chapter 24 - Krist and Preecha

1.8K 118 13
                                    


Sang fajar kini telah menampakkan dirinya. Menerangi dunia dengan cahaya kehidupan dan sebagai tanda adanya hari yang berlanjut dari sebelumnya.

Semua orang disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Sama seperti Krist yang kini melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya saja kini jadwalnya bertambah dengan menjadi model sekaligus artis yang menjalani kontrak di Perusahaan terkenal.

Bicara tentang pria tampan dengan kulit tan itu terkadang membuat Krist merasa aneh pada dirinya. Ada perasaan rindu yang tak mampu diutarakannya dan ada rasa marah yang melebur hingga menekan rasa rindunya. Krist menatap jauh kedepannya, menerawang kosong.
Ia baru saja mengantarkan putranya ke sekolah dan kini ia harus segera pergi untuk pemotretan.

Menghela nafas berat, akhirnya Krist melangkahkan kakinya menuju ke tempat nya bekerja sekarang. Pria itu menyetop taksi dan segera memasukinya untuk membawanya pergi.

Sama halnya dengan perasaan yang dirasakan Krist, begitupula Singto. Sejak ia bertemu kembali dengan pria manis itu, ia menjadi sering uring-uringan. Ia bahkan tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan ingin menemui pria itu.
Satu hal yang menjadi beban pikiran Singto adalah ada hubungan apa antara Krist dan Godt. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Krist dikabarkan sebagai kekasih pria model itu. Itu sedikit membuat Singto merasa tidak nyaman. Padahal untuk apa ia merasakan semua perasaan itu kembali, semua rasanya sudah hilang. Iya meyakini hal itu sejak ia menginjakkan kaki di Negara ini. Singto menghela nafas untuk kesekian kalinya, ia buka laci mejanya untuk mengambil sebuah bingkai yang berada didalamnya.

Singto memandangi bingkai itu dengan wajah muram, ia merasa aneh pada dirinya. Ia bahkan nyaris saja melamun jika Tay si sahabat tak memanggilnya. Tay menaruh kasar beberapa map dimeja Singto sengaja mengejutkan pria itu.

"Kau tidak harus mengeluarkan tenaga hanya untuk meletakkan map-map itu," tegur Singto mendelik tak suka. Sementara yang ditegur hanya menatapnya cuek sambil duduk didepan meja sang direktur.

"Siapa suruh tidak menjawab panggilanku." Kata Tay.

Singto tidak menanggapi, ia mengambil map yang dibawa Tay dan memeriksanya.

"Aku dengar Krist sudah punya anak." ujar pria seksi itu. Ia menatap Singto dengan wajah seriusnya.

"Bukan urusanku." Itulah jawaban tak mengenakan dari pria didepannya. Tay mengangkat sebelah alisnya, "Yakin?"

Melihat Singto menatapnya malas membuat pria itu akhirnya tertawa mengejek. "Kau yakin tidak tertarik dengan info mengenai dia?" pancing Tay.

"Dia bukan urusanku. Dan daripada kau membicarakan pria itu lebih baik kau urusi saja pekerjaanmu." Sahut Singto dingin.

Tay mendengus dan bersandar pada kursi yang didudukinya. Sebelah kakinya ia angkat untuk berada diatas satu kakinya. "Baiklah jika tidak tertarik. Padahal berita mengenai Krist sangat heboh,loh. Krist hebat sekali ya, baru bekerja disini saja ia sudah bisa mencuri perhatian orang banyak."

Singto menatap Tay dingin seolah tau jika pria itu berusaha untuk memprovokasi dirinya. "Aku tidak membayarmu untuk mengurusi hal semacam itu. Kembalilah bekerja." Itulah yang diucapkan pria Tan itu sebelum menutup kembali map dan akhirnya pergi meninggalkan ruangannya.

Tay bangkit dari posisinya dan menghela nafas berat. Ia menatap bingkai yang tergeletak diatas meja Singto lalu sedetik kemudian melangkah pergi.

.

.

.

Krist menghela nafas lega, seharian ini sungguh melelahkan baginya. Pria manis itu mengecek jam tangannya dan sesaat menepuk jidatnya.

God's Scenario About Us || KristSingto (Complete) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang