Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
----------------------------------------------------2nd months later..
Hari-hari sudah berlalu.. Singto merasa waktu yang dilewati disini sangat menyenangkan karena selain pekerjaan bisnisnya dibantu oleh Tay, Singto juga sering bertemu dengan Krist.
Tak jarang ketika bosan, Singto akan datang mencari keberadaan Krist di tempat kerjanya. Meskipun Ohm sudah sangat risih melihat Singto yang sering datang mencari Krist. Namun Ohm tidak punya pilihan lain, karena Singto sudah memberikan investasi besar untuk toko bonekanya sehingga pemasukan yang didapat menjadi lebih.
Krist menjadi lebih terbuka daripada saat pertama kali bertemu Singto. Singto merasa sangat senang, karena untuk ukuran pria jarang bergaul sepertinya, dia bisa mendapatkan teman seceria Krist.
"Kit... " Suara Singto mengalun lembut menyebut nama seseorang disebelahnya. Saat ini mereka sedang berada di tepi kolam renang disebelah hotel. Mendengar panggilan Singto, Krist menoleh menatap wajah tampan itu dari samping.
"Entah kenapa, aku merasa ingin lebih lama lagi disini." Singto memberikan senyumannya kepada Krist. Dua pasang mata itu saling bertubrukan. Saling menatap dan menyelami satu sama lain. Krist terdiam ketika menyadari betapa dalamnya tatapan yang diberikan Singto kepadanya hingga menggetarkan sesuatu didalam hatinya.
"Kau tau kenapa Kit?" Singto memberikan jeda diantara kalimatnya. "Itu karena aku tidak ingin jauh darimu.. " Singto mengatakan itu sambil menatap serius kedalam mata Krist. Mata bulat Krist sedikit membesar kala mendengar pernyataan Singto. Singto mengatakan hal itu secara tulus dan blak-blakan didepannya.
"Phi Sing..." Hanya itu yang dapat keluar dari bibir Krist. Dia kehabisan kata untuk bicara. Singto mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh pipi Krist. Tatkala tangan besar itu menyentuh pipinya, Krist memejamkan mata meresapi kehangatan yang mengalir dari tangan tersebut.
Ibu jari Singto mengelus pipi mulus itu dengan perasaan. Terus seperti itu sampai Singto perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Krist.Krist yang sudah terpaku pada iris sehitam jelaga itu hanya terdiam menantikan apa yang akan terjadi.
Singto seperti merasa kehilangan kendali, semakin menatap Krist malah membuatnya semakin merasa tertarik. Ibaratkan seperti magnet yang menariknya untuk terus menatap mata itu.
Cup
Bibir-bibir itu menyatu. Singto lah yang menyatukan mereka. Tidak terjadi apa-apa, hanya saling menempel.
Krist mengerjabkan matanya, ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Ia terdiam, masih mengumpulkan otaknya untuk memproses apa yang sedang terjadi.
Singtopun tidak menutup mata nya, ia masih menatap Krist. Bibir itu, yang selalu masuk dimimpinya, saat ini berada dibibirnya.
"Sing... Aku datang un- ,aaa maaf aku mengganggu." Suara itu membuat Krist dengan cepat menarik wajahnya. Ia sangat malu.
Mati aku, P'Tay melihat kami, batin Krist.
"Err.. k-kami tidak melakukan apa kok hehe," Singto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia pun bingung harus bagaimana. Tay pasti akan mengolok-olok dirinya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
God's Scenario About Us || KristSingto (Complete) √
Romance~Hanya karena aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa menyakitiku seperti ini, Phi! Luka yang kau torehkan memang tak lagi berdarah, tapi kau sendiri tahu kan bahwa... luka pasti meninggalkan bekas. Dan bekas ini akan selalu ada, membuatku ingat mas...