~semua itu sudah berlalu. Yang tersisa antara kau dan aku hanya kenangan saja. Dan aku tak ingin repot-repot mengenangnya, karna itu semua hanya menggoreskan luka dihatiku~
-Krist
.
.
.
.
.
-------------------------------------------------------Five Years Later
Derap langkah mengikuti pergerakan seorang pria berparas tampan sekaligus manis yang tergesa-gesa.
Pakaiannya tidak terlalu formal juga tidak terlalu biasa. Cukup rapi untuk sekedar pakaian biasa. Ia terlihat sangat buru-buru hingga tak sadar menabrak seorang pria berstelan rapi.
Brukh
"Aw../..Sorry!"
Keduanya terdiam, suasana hening menyelimuti mereka. Sepasang onyx gelap bertemu dengan hitam kecoklatan.
Debaran yang sudah lama padam kini terdengar lagi. Darah Krist serasa naik pada puncaknya. Segala macam emosi terpancar dari matanya. Menyadari itu, tatapan pria dari masa lalu yang kini ada dihadapannya meredup.Dan Krist yang pertama kali bertindak dengan segera memalingkan wajahnya. Tak ingin melibatkan perasaan apapun meski berbagai emosi berbuncah didalam perutnya.
"M-maaf, saya tidak sengaja."
Krist menundukkan kepalanya dan memberi wai kepada pria itu yang tak lain adalah Singto. Ya, pria yang dulu sudah meluluhlantakkan hidupnya, kini ada dihadapannya.
Krist sebenarnya tak mampu menahan keterkejutannya, tapi ia bersikeras. Ia bahkan menggigit bibir bawahnya demi menahan air mata yang ingin muncul.
"Kit.."
"Jangan sebut nama itu lagi.." seru Krist dengan nada bergetar. Ia masih tak mau melihat pria didepannya meski sejak tadi Singto menatapnya.
".....karna dia sudah mati."
Kristpun pergi meninggalkan Singto yang termenung ditempatnya. Dengan perkataan yang semakin menambah rasa nyeri dihati Singto.
Pria manis berkulit seputih porselen itu menyunggingkan senyum tipisnya tatkala irisnya menangkap suatu objek yang dicarinya.
"I'm late."
Itulah kalimat pertama yang terucap dari bibir pinknya. Ia berhenti tepat dihadapan seorang bocah yang menatapnya dengan tatapan sebal. Bocah laki-laki itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mempoutkan bibirnya--kesal.
Krist pun mengangkat tangannya dan mengelus kepala dengan surai coklat itu.
Tatapan lembut terpancar dari kedua bola mata indahnya, senyum manis yang biasa ia torehkan kini terasa berat, namun ia tetap berusaha hanya untuk sosok dihadapannya."I'm so sorry, Little boy"
Tidak ada jawaban berarti dari anak tersebut. Bocah imut itu lebih memilih untuk menundukkan kepalanya tak ingin menatap pria manis didepannya."Maafkan papa, sayang~"
Seketika kepala coklat yang semula menunduk itu terangkat menatap tepat kearah Krist. Kedua bola matanya berkaca-kaca dengan bibir bergetar kecil. Tampak sekali bahwa ia berusaha untuk menahan tangisnya.
Mengerti apa yang terjadi, Krist menarik pelan tubuh bocah itu dan mendekapnya. Membelai penuh sayang kepala bocah itu membuat yang didekap pun segera melingkarkan kedua lengannya memeluk sosok dihadapannya.
"Hiks.. Papa.."
Krist tersenyum sedih mendengar tangisan anak itu. Ia mengerti bahwa ia yang bersalah dalam hal ini. Krist harus meminta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
God's Scenario About Us || KristSingto (Complete) √
Romance~Hanya karena aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa menyakitiku seperti ini, Phi! Luka yang kau torehkan memang tak lagi berdarah, tapi kau sendiri tahu kan bahwa... luka pasti meninggalkan bekas. Dan bekas ini akan selalu ada, membuatku ingat mas...