~Hanya karena aku mencintaimu, bukan berarti kau bisa menyakitiku seperti ini, Phi!
Luka yang kau torehkan memang tak lagi berdarah, tapi kau sendiri tahu kan bahwa... luka pasti meninggalkan bekas. Dan bekas ini akan selalu ada, membuatku ingat mas...
Sang mentari mulai menampakkan diri terbit di ufuk timur. Mulai bertukar peran dengan sang rembulan yang sudah semalaman berjaga. Cahayanya yang terasa begitu hangat sangat mendukung untuk memulai hari dengan penuh semangat. Namun beda hal nya dengan sesosok manusia yang kini masih terlelap dalam tidurnya. Tampak begitu damai meski dari celah gorden sudah menyusup cahaya bias pagi.
Tapi tak lama, terlihat ia menarik nafas panjang meskipun matanya masih terpejam. Sepertinya, suara kicauan burung yang saling bersahutan sudah menganggu tidur manisnya hingga membuat kelopak dengan bulu yang lentik itu bergerak naik. Menampilkan dua iris madu nan meneduhkan. Lalu mengerjab beberapa kali demi menyesuaikan cahaya yang masuk.
Krist memperhatikan sekelilingnya. Sebuah rasa yang tidak asing menerpanya. Ia seperti mengenal ruangan ini. Sebuah kamar dengan cat berwarna coklat, luas dan nyaman. Fasilitas didalamnya tersusun rapi dan bersih dari debu. Begitu nyaman namun sedikit gelap bagi Krist.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terdapat sebuah bingkai foto diatas meja tak jauh dari sisi tempat tidur yang membuat Krist bisa mengetahui dimana ia berada saat ini.
Cklek
"Kau sudah bangun?"
Krist mengalihkan pandangan kearah sumber suara lalu tersenyum setelahnya. Singto--berjalan mendekati ranjang sambil membawa satu nampan makanan.
Setelah duduk ditepi ranjang, disebelah Krist, Singto mengambil semangkuk bubur ayam yang sudah dipesannya tadi. Sementara Krist memperhatikan apa yang dibawa Singto dengan tidak berminat.
"Sekarang makan yaa.." Singto menyendok bubur itu dan mengarahkannya pada bibir Krist.
"Aaaaaa.." bujuk Singto yang tidak ditanggapi oleh Krist. Sipria manis hanya diam tanpa mau membuka mulutnya.
"Ayo sayang, buku mulutmu.."
"P'Singg..."
"Ya?"
"Kenapa aku bisa ada disini?"
"Nanti saja kita bicarakan. Sekarang makan dulu.."
"P'Sing.."
"Hm?"
"Kenapa aku tidak ingat apa-apa?"
"Nanti akan aku jelaskan sayang.."
"Tapi-"
"Tidak ada tapi-tapi kit.. sekarang buka mulut aaa"