4. Selamat Datang..

93 17 8
                                    

"Auhhffftt! Punya dua anak di rumah ini rasanya seperti merawat dua ribu anak." Bu Ira menghela nafas.

"Bu, saya minta maaf..."

"Kenapa kamu minta maaf? Tidak apa-apa, ayo duduk disini.." Clemi hanya menurut.

"Sebenarnya saya sudah lama mencari keberadaan keluarga kamu dan saya tahu baru-baru ini kalau kamu adalah anaknya guru saya sewaktu masih sekolah dulu."

"Ternyata ada orang yang masih mengakui dan menghormati ayah saya sebagai guru yang baik."

"Dulu, saya adalah anak dari keluarga miskin sekaligus yatim-piatu. Semua orang menjauhi saya karena tidak punya apa-apa, saya pun sempat berpikir untuk mengakhiri hidup karena tidak sanggup lagi tapi ayah kamu datang mengulurkan tangan saat saya hendak melompat dari atas gedung sekolah, beliau berkata akan membantu saya menjadi apa yang saya inginkan serta bersedia menjadi seorang ayah yang akan selalu menjaga saya. Saya percaya dan memutuskan meraih tangannya dan sejak saat itu, perlahan kehidupan saya berubah menjadi lebih baik. Saya mulai dikenal banyak orang hingga akhirnya saya diterima masuk universitas terkenal hingga bisa menjadi seperti ini. Ayah kamu menepati janjinya untuk merubah saya menjadi apa yang saya inginkan, tapi suatu saat saya hilang kontak dengan beliau hingga beberapa lama kemudian terdengar kabar bahwa beliau telah meninggal. Saya turut berduka cita, nak Clemi.."

"Tidak apa-apa bu, saya turut bangga melihat keberhasilan ibu. Ayah juga pasti bangga melihat ibu telah berhasil menjadi orang yang sangat hebat."

"Dulu, saya sempat berjanji di depan ayah kamu bahwa kelak saya akan membantu anak-anak beliau seperti beliau membantu saya."

"Ibu tidak perlu seperti itu, ayah pasti melakukan semuanya dengan ikhlas.."

"Tidak, ini sudah niat dari diri saya sendiri. Oh iya, saya dengar kamu punya adik. Dimana dia sekarang?"

"Adik saya ada di rumah sakit, bu.." Seketika wajah Clemi murung mengingat adiknya.

"Kenapa? Apa yang terjadi?"

"Lora mengidap leukimia sejak berusia enam tahun dan sejak saat itu juga ia tinggal dirumah sakit, bu."

"Ya tuhan! Sekarang bagaimana keadaanya? Sudah lebih baik?"

"Itu yang saya harapkan bu, tapi nyatanya keadaan Lora semakin memburuk setiap harinya."

"Adik kamu pasti akan sembuh! Saya janji akan ikut membantu biaya serta mencari dokter yang terbaik untuknya. Bagaimana dengan tempat tinggal? Kamu tinggal dimana?"

"Untuk saat ini saya tidak punya tempat tinggal, bu. Beberapa minggu belakangan saya menumpang di restoran tempat saya bekerja."

"Kalau begitu mulai sekarang kamu tinggal bersama kami disini. Besok kemasi barang-barang kamu dari restoran dan bawa ke rumah ini, kamu juga tidak perlu bekerja lagi, soal uang serahkan saja semua pada saya. Apapun yang kamu perlukan, akan saya sediakan semuanya!"

"Tapi, bu.. Sayaa..."

"Jangan membantah! Anggap saja saya adalah orangtua kamu sekarang. Saya mohon, terimalah ketulusan saya untuk membantu kamu.."

"Tapi, bu..
Saya merasa tidak enak dengan Daniel dan Yola. Mereka tidak akan bisa menerima saya di rumah ini."

"Lama-kelamaan mereka pasti bisa menerima kamu. Mereka anak yang baik sebenarnya, hanya saja kemewahan yang mereka terima setiap saat membuat mereka lupa akan kejamnya dunia luar. Ibu harap kamu bisa memberi pengertian atas sikap mereka, alangkah baiknya jika kamu bersedia membantu merubah sikap mereka menjadi lebih baik."

"Baiklah, saya akan berusaha memahami mereka.."

"Ini sudah larut malam, sebaiknya kamu menginap disini untuk malam ini dan besok Daniel akan menemani kamu menjemput barang-barang kamu di restoran sepulang sekolah. Yuk, ibu tunjukin kamar kamu." Clemi mengikuti bu Ira menuju sebuah kamar yang ternyata adalah kamar Yola.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang