14. Kembalikan Kakiku!

38 5 0
                                    


17 Maret 2015

Tahu apa kalian tentang hidupku? Tahu apa kalian penderitaanku? Jangan katakan bersabarlah atau semangatlah, aku tidak butuh simpati dan belas kasih murahanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahu apa kalian tentang hidupku? Tahu apa kalian penderitaanku? Jangan katakan bersabarlah atau semangatlah, aku tidak butuh simpati dan belas kasih murahanmu.

~ Renata ~

****

Berubah, mungkin itu adalah salah satu sifat yang selalu melekat pada diri manusia. Sekeras apapun mencoba, ia takkan hilang sebab kita mengakui keberadaannya dan terkadang menggunakan ia sebagai alternatif untuk membela diri dari ketidaksempurnaan yang ada.

Bukankah tidak adil saat seseorang berkata setia kemudian esoknya ia berdusta? Bukankah tidak adil saat seseorang bekerja keras namun orang lain yang merasa bahagia? Tak adil memang, tapi selain berusaha keras lalu apalagi yang bisa kita lakukan? Haruskah kita memberontak dan menunjuk kesalahan pada orang lain? Jika demikian, maka lebih baik kita tidak melakukan apa-apa.

***

"Buang semua itu!" Ucapnya dengan nada tinggi.

"Rena, kenapa dibuang? Mama letakkan di meja yaa.." Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meletakkan sebuket bunga mawar di atas meja sembari tersenyum.

"Aku bilang buangg!!!!" Rena semakin emosi, ia melempar bunga yang diletakkan mamanya diatas meja hingga vasnya pecah.

"Renaaa!!! Plakkk!!!" Wanita cantik yang dipanggil mama oleh Rena itu seketika berubah garang hingga tak sadar menampar putri semata wayangnya.

"Sudah kubilang bunuh saja aku.. Kenapa menyiksaku seperti ini ha? Kenapaaa!!!" Teriakan Rena menggema hingga keluar kamar. Pasien atau pengunjung yang melewati koridor tak terlalu peduli, mungkin karena mereka sudah sering menyaksikan pertikaian tersebut.

"Kamu kira bunuh diri adalah jalan terbaik? Diluar sana banyak orang yang ingin hidup bahkan sehari saja! Selama ini mama dan papa bersabar menghadapi tingkah kamu, kamu pikir cuma kamu yang kesulitan? Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan kamu, tidak bisakah kamu menghargai kerja keras kami? Haa!!!" Bentak bu Sarah dengan nada putus asa.

"Aku tidak butuh ceramah! Apa aku pernah meminta kalian berusaha keras? Kalau memang kesulitan kenapa kalian bertahan? Mama sama papa seharusnya membuangku atau membiarkan aku mati!!!" Balas Rena. Rasanya seperti tersayat belati tajam mendengar penuturan anak semata wayangnya itu, bu Sarah menahan air mata dibalik wajah sangar yang ditunjukkannya.

"Sayang, apalagi yang harus kami lakukan untuk membuat kamu kembali seperti dulu? Mama mohon jangan seperti ini.." Suara lembut nan gemetar kemudian mengiringi ekspresi sedih di wajah bu Sarah.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang