19. Mengapa Semua Orang?

35 3 0
                                    

Kenyataan menyakitkan lain yang harus diterima Clemi selain kehilangan adik kesayangannya adalah fakta bahwa ibunya ternyata wanita yang telah menghancurkan keluarga Daniel. Ia tidak habis fikir, mengapa dan apa sebenarnya alasan dibalik jalan hidupnya yang selalu berakhir mengecewakan? Apa ia hidup dalam dunia novel yang penuh dengan kedramatisan?

"Mi, apa kamu benar-benar harus pergi?" Bu Ira sejenak menghela nafas, "Kamu bisa tinggal disini bersama kami, atau biarkan saya yang membiayai perkuliahan kamu disana." Sambungnya lagi.

"Ibu sudah banyak membantu pengobatan adik saya dan sekolah saya, bagaimana saya bisa menerima bantuan ibu secara terus-menerus? Saya sudah sangat malu atas apa yang terjadi, saya dengan tidak tahu diri tinggal bersama keluarga yang dihancurkan ibu saya sendiri. Pantas saja selama ini Daniel bersikap aneh, harusnya dari dulu saya bisa mengerti dari sikap dan perlakuannya pada saya."

"Clemi.. Sebenarnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan atas kejadian itu, ini hanya salah paham dan Daniel juga sudah mengerti keadaannya sekarang."

"Maksud ibu keadaan bagaimana?" Nada suara Clemi sedikit meninggi mengingat kebohongan ibunya.

"Ibu kamu sama sekali bukan alasan saya dan suami saya bercerai. Saya tidak tahu harus memulai dari mana tapi intinya, ibu kamu adalah cinta pertama suami saya." Bu Ira berkata dengan cukup tegas namun Clemi masih tidak ingin peduli.

"Apa ibu fikir saya akan percaya itu? Ini sama sekali tidak masuk akal! Lalu apa hubungannya?" Dengus Clemi yang semakin memperlihatkan kekesalannya.

"Ini tentu saja sangat berhubungan, kamu salah paham dengan menganggap ibu kamu adalah penyebab saya dan suami saya bercerai padahal tidak seperti itu. Saya hanya ingin mencoba menebus dosa saya karena telah memisahkan dua insan yang harusnya hidup bahagia, mbak Nindi dan suami saya. Dulu, mereka sudah menjalin hubungan cukup lama sebelum saya hadir menghancurkan semuanya. Orang tua saya dan orang tua pak Erik menjodohkan kami berdua dan bodohnya, saya langsung menyetujuinya saat melihat betapa tampan dan mapannya pria yang dipilihkan orang tua saya. Awalnya saya tidak tahu cerita cinta mereka sampai satu hari sebelum hari pernikahan tiba, suami saya berkata jujur dan memilih untuk mempertemukan saya dengan ibu kamu. Saat itu saya merasa menjadi orang yang paling berdosa, dibalik indahnya gaun pengantin yang saya pilih dan megahnya pesta yang telah dipersiapkan ternyata ada seorang wanita biasa yang akan mengenang hari indah itu sebagai hari paling pilu dalam hidupnya. Saya menangis sejadi-jadinya, ingin rasanya membatalkan pernikahan itu atau menaruh mbak Nindi di altar menggantikan saya sebab ia adalah wanita yang harusnya berada disana tapi rasa egois saya terlalu besar untuk merebut apa yang seharusnya tidak saya miliki." Jelas bu Ira.

"Itu semua terjadi di masa lalu, tidak seharusnya diungkit lagi! Tidak semua pertemuan akan berakhir bahagia. Ibu tidak salah, ibu saya dan pak Erik mungkin ditakdirkan hanya untuk bertemu bukan untuk bersatu." Tegas Clemi.

"Tapi tetap saja saya adalah orang yang menghancurkan hubungan mereka. Jika saya tidak hadir di tengah-tengah cinta mereka, keadaan tidak akan seburuk ini. Saya semakin merasa bersalah atas apa yang terjadi pada adik kamu, saya minta maaf.. Saya masih ingat satu hari sebelum pernikahan, ibu kamu berkata : Saya sangat bahagia sebab Tuhan menghadirkan seorang pria baik seperti dia dalam hidup saya. Tapi sepertinya saya tidak bisa berharap lebih untuk mengikat janji suci bersamanya. Dia adalah pria terbaik yang pernah saya temui, mungkin saya tidak akan pernah menemukan orang yang sama lagi tapi saya tidak ingin menyerah dan membiarkan luka berkuasa atas diri saya. Ketegaran ibu kamu membuat saya masih mengingat kata yang diucapkannya itu dengan sangat jelas." Bu Ira menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan air matanya.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang