9. Hidup itu Indah, Katanya..

85 14 6
                                    


Seseorang pernah berkata, kilauan emas akan tercipta dengan tempahan dan kesabaran dari orang yang membuatnya. Begitu pula dengan kepercayaan, begitu juga dengan kehidupan, mungkin ada hal yang harus diselesaikan sebelum mendapatkan apa yang kita inginkan atau mungkin ada teka-teki yang harus dipecahkan untuk memenangkan hadiah sebuah kebahagiaan.

Seseorang juga pernah berkata..
Ada proses dan jalan tersendiri yang harus dilalui, ada harga yang terlebih dahulu harus dibayar untuk mencapai apa yang kita inginkan. Carilah maka akan engkau dapat, tanamlah maka engkau akan menuai nikmat.

****

“Jadi kamu bener-bener tinggal serumah sama si babu itu? Sekamar juga? What the..” Mawar mengacak pakaian Clemi yang awalnya tersusun rapi di sudut kamar.

“Udah deh, gausa gangguin dia. Kalian berdua tunggu di ruang tengah aja, bentar lagi aku siap kok.” Yola sibuk merapikan ikatan rambutnya.

“Iyaiya,,” Sari beranjak diikuti Mawar di belakangnya.

“Tumben dia belum balik sekolah jam segini,” Yola menatap pakaian Clemi yang masih berantakan, langkahnya terhenti sejenak di depan pintu kemudian masuk kembali, “Gada salahnya tapi bukan berarti aku temenan sama dia.” Sembari membereskan pakaian Clemi dengan rapi seperti semula.

“Cepetan!!” Teriakan Sari terdengar menggema hingga ke kamar Yola.

“Aku bilang tidak mau!” Balas seseorang yang pastinya adalah Clemi.

“Apaan sih!” Yola turun dari lantai atas menghampiri sumber suara.

“Auhh, kamu masih belum berubah ya! Gatau diri banget numpang di rumah orang!” Mawar ikutan geram atas perlawanan Clemi.

“Aku memang menumpang di rumah ini tapi aku bukan pembantu yang bisa kalian suruh sesuka hati!” Suasana menjadi tambah tegang setelah ucapan itu.

“Gedeq banget liat anak songong satu ini!” Sari mengambil secangkir teh panas dari atas meja dan menyiram wajah Clemi dengan itu. Clemi meringis, wajahnya perih juga terasa panas.

“Mampus!” Mawar dan sari puas tapi Yola merasa tak terima atas perlakuan itu.

“Kalian berdua apaan sih?” Yola menghentikan Sari yang hendak menuangkan cangkir kedua dari atas meja.

“Dia duluan yang mancing emosi! Aku cuma minta tolong buatin teh hangat masa dia gamau? Seharusnya dia tau diri disini.” Protes sari.

“Aku bukannya tidak mau, aku sudah membuatkan teh berulang kali untuk kamu tapi kamu selalu menyuruhku membuatnya lagi dan lagi.” Sembari memegangi wajahnya yang masih terasa panas.

“Ya, itu karna kamu nggak becus dan nggak ikhlas buatnya! Kurang manis lah, rasanya pait lah, kepanasan lah..”

“Aku tahu kamu sengaja melakukan itu! Sekali lagi aku tegaskan, aku bukan pembantu disini!” Bentak Clemi.

“Babu ya tetap BABU!!!” Sari mengambil ancang-ancang menampar Clemi tapi Yola sigap menangkap tangannya sebelum menyentuh gadis yang hanya pasrah di depannya.

“Udah, jangan ganggu dia lagi!” Tegas Yola.

“Aku nggak salah denger kan? Kamu kerasukan apa kok malah belain dia?” Mawar tercengang. Sari membeku tak mampu berkata dan Clemi hanya bisa memandang wajah Yola dengan penuh tanda tanya.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang