6. Pembohong Handal

84 15 7
                                    


"Disini kamu ternyata!" Suara lantang dan senyum simpul menatap ke arah Clemi.

"Akuu,, hmm..hmm..hmm..
Atas kejadian tadi, aku minta maaf, aku tidak seng..."

"Emang kamu kira segampang itu minta maaf??" Seketika Daniel langsung mencengkram leher Clemi dan menghempaskannya ke dinding.

"Uhuhkk, uhukkk,,,,,
Aaaa,,aaku tt,,tidak b,bisa ,,bernafas.." Decitnya. Daniel tidak peduli dan semakin menguatkan cengkraman tangan kekarnya hingga leher Clemi terlihat memerah.

"Tt,,tttolong..." Suara Clemi semakin terdengar serak dan nafasnya tersengal namun Daniel malah tersenyum puas menatap Clemi yang terlihat semakin lemas.

"Astaga, Daniel!! Lepasin nggak?" Daniel tak menghiraukan ucapan Hendi.

"Aku bilang lepasin!!!" Hendi dengan kuat melayangkan tinjunya untuk menghentikan apa yang dilakukan Daniel, Clemi pun terduduk lemas tak berdaya karena kehabisan nafas.

"Aku udah bilang kamu gausah ikut campur!!" Sembari mengelap darah di sudut bibirnya.

"Gimana aku nggak ikut campur? Yang kamu lakuin itu salah! Kamu tidak apa-apa, kan?" Hendi membantu Clemi yang gemetar untuk bangkit berdiri.

"Aku baik-baik saja.." Memegangi lehernya yang terasa sakit.

"Aku bener-bener nggak tau mau ngomong apa lagi. Kenapa kamu setega itu, sih? Aku rasa otak kamu yang sekarang bermasalah!"

"Akhhh!!!" Daniel memukul tembok kemudian pergi begitu saja.

"Akuu,, aku minta maaf.." Sepeninggal Daniel, Clemi langsung menangis ketakutan.

"Tidak apa-apa, kamu tidak salah. Aku mewakili Daniel minta maaf atas apa yang dilakukannya pada kamu. Jangan nangis dong, aku akan menjaga kamu agar tidak diganggu lagi olehnya. Jangan nangis yaa.." Hendi menyeka air mata Clemi sembari menepuk bahunya.

"Ini baru hari pertama aku bersekolah disini tapi sudah mengalami hal seperti tadi. Dari awal dia sepertinya memang tidak suka melihatku, aku tidak tahu apa alasannya, apa aku ada salah padanya? Aku mau pulang saja kalau seperti ini! Aku mau pulang! Hikss,, hikss, hikss.." Hendi hanya tertawa gemas mendengar ocehan Clemi.

"Aku sedang menangis, kenapa kamu malah tertawa??"

"Aah, sorry.. soryy..
Aku tidak bermaksud mengejek kamu tapi apa kamu memang seperti ini saat menangis?"

"Memangnya aku kenapa??"

"Kamu terlihat seperti anak kecil yang tidak dibelikan ice cream."

"Aisshh, Aku harusnya tetap menangis.." Sembari mengusap air matanya, Clemi pun berhenti menangis.

"Tidak apa-apa. Jangan takut, Daniel sebenarnya tidak seburuk yang kamu dan orang lain kira."

"Tapi tetap saja aku masih tidak mengerti kenapa dia sangat membenciku."

"Dia tidak bermaksud seperti itu, hanya saja apa yang ia alami selama ini menuntunnya menjadi orang yang sensitif pada wanita."

"Maksud kamu??"

"Daniel dulu orang yang sangat ramah, selalu tersenyum dan care pada setiap orang hingga akhirnya semua itu sirna dimulai dari keruntuhan keluarganya. Kamu pasti sudah bertemu tante Ira. Iya, kan??"

"Ya, dan aku rasa tidak ada yang salah dengan mereka."

"Tidak, tante Ira tidaklah sekuat yang kamu lihat saat ini. Alasan beliau bercerai adalah karena perselingkuhan yang dilakukan pak Erik, Daniel lah yang menyaksikan sendiri papanya dan wanita lain sedang berada di salah satu hotel kala itu."

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang