17 Maret 2007
Ibu, sebenarnya apa salahku??
Tidak bisakah engkau bertahan menemaniku?
Tubuhku baik-baik saja, tapi hatiku sakit melihatmu memilih kematian daripada meraih tanganku.~ Delora Indriana ~
Dua puluh satu tahun berlalu, tetapi kemudian angin itu datang kembali. Ia mengingatkan masa indah namun menyedihkan, kenangan pedih namun tak jua ingin dilupakan, melekat dalam ingatan mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang ia rasakan.
Seorang wanita yang tak asing nampak berjalan di sebuah pekarangan taman. Sembari memperhatikan setiap sudut lingkungan sekitar, perlahan tangan mungilnya menjulur gemetar meletakkan setangkai mawar merah di atas tanah dengan tatapan penuh kesedihan.
***
"Turun dari sana, bu.." Mohonnya dengan mata berkaca-kaca."Tidak, aku lelah hidup seperti ini!
Kenapa Tuhan memberikan aku anak penyakitan di saat aku tidak mampu menghidupi diriku sendiri? Kenapa Tuhan merenggut suami yang seharusnya membantuku menjadi lebih tegar untuk melalui semua ini? Aku tidak sanggup, aku lebih baik mati sekarang!!!" Teriaknya dari atas pinggiran gedung."Ibu, aku mohon..
Semua akan baik-baik saja.
Turun dari sana, yaa.." Ia terus memohon berusaha meyakinkan ibunya."Ibu, apa salahku?
Aku minta maaf karena terlahir berbeda dari orang lain, aku minta maaf karena selalu menyusahkan ibu. Aku janji tidak akan membantah perkataan ibu lagi, aku janji akan menjadi anak yang baik. Tidak apa-apa jika ibu membenciku tapi jangan tinggalkan kami seperti ini, kami butuh ibu.." Menatap sedih, hembusan angin ikut menyeka air mata di wajah pucatnya."Lora, kamu tidak boleh berada disini. Ibu akan baik-baik saja, kamu kembali ke ruang perawatan sekarang ya.." Bujuk Clemi.
"Tapi, ibu,,," Ucapnya cemas.
"Kalian anak sial!!!!
Kenapa aku punya anak seperti kalian?
Aku lebih baik mati!!!
Aku ingin matiii!!!" Wanita paruh baya itu seketika melompat dari atas gedung rumah sakit."Ibuuuuu!!!!!" Kedua gadis polos tersebut serentak berteriak menatap wanita yang mereka panggil ibu sudah terkapar. Tepat di sudut taman rumah sakit, darah segar mengalir ke berbagai arah, orang-orang berkerumun untuk bisa melihat kejadian naas hari itu lebih dekat.
"Kakak, kenapa ibu tidak bergerak?" Tanpa ia sadari darah segar mengalir dari hidungnya kemudian ia terjatuh pingsan.
"Lora!!!" Clemi menggendong adiknya dan secepat mungkin berlari menuju ruangan tempat adiknya seharusnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepoi Angin Pilu (END)
Teen Fiction"Sepoi Angin Pilu" 28 Maret 2019 - 04 November 2020. Sebuah kisah luka tidak memiliki alasan untuk hadir baik di awal maupun akhir, ia datang begitu saja menjamah kehidupan manusia sesuka hatinya. Ia hanya ada dan akan selalu melekat untuk melengkap...