13. Ada Apa Dengan Rena?

46 6 0
                                    


"Hendi!!"

Mendengar namanya dipanggil, Hendi menoleh ke arah suara dan tak jauh dari tempatnya berdiri nampaklah Clemi berlari kecil dengan polosnya.

"Jangan berlari, kamu bukan anak kecil lagi.."

"Hehee.. Aku sudah memanggil kamu dari tadi, kamu tidak mendengarku? Sepertinya ada sesuatu yang kamu lamunkan."

"Benarkah? Aku sama sekali tidak mendengarnya, mungkin karena aku lapar. Ayo ke kantin.." Ajak Hendi.

"Aku membawa bekal, kalau mau kita bisa makan berdua di taman. Bagaimana? Gratis loh.." Sembari mengedipkan matanya.

"Baiklah, ayoo.." Dengan senang hati Hendi mengikuti Clemi ke taman sekolah untuk berbagi bekal makan siangnya.

"Hen.." Panggil Clemi lagi saat melihat pria itu kembali tidak fokus.

"Eh, iya.. Kenapa?"

"Sepertinya kamu memikirkan sesuatu dari tadi. Ada apa? Ada masalah? Aku adalah pendengar yang baik dan kamu bisa cerita kalau kamu bersedia."

"Ah, tidak apa-apa.. Memang ada beberapa hal yang menggangguku akhir-akhir ini tapi sudahlah." Clemi paham ucapan cowok bermata biru indah itu, ia pun mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

"By the way, makanan ini kamu masak sendiri atau bagaimana?"

"Tentu saja aku masak sendiri, enak kan?"

"Ya, enak tapi bukannya kamu tinggal dengan keluarga Daniel? Kenapa kamu masak sendiri? Aku sering kesana dan biasanya tante Ira yang memasak dan melakukan semua hal di rumah itu."

"Aku hanya merasa tidak enak tinggal secara gratis, setidaknya aku harus melakukan pekerjaan rumah walaupun jasa beliau tidak akan pernah bisa aku bayar. Lagian aku sudah lumayan akrab dengan mereka apalagi Yola, dia selalu membantu dan menemaniku melakukan pekerjaan rumah meski kadang ia masih saja menyebalkan dengan sikap cueknya."

"Aku mengerti, aku bersyukur kamu menjalin hubungan baik dengan Yola. Akhir-akhir ini kamu dan Daniel juga terlihat sudah lebih akrab, aku salut atas kerja keras kamu."

"Hmm.. Aku sudah melalui banyak hal mengerikan, bertahan dan tinggal bersama orang seperti dia memang bukan hal mudah tapi jika aku mengambil pilihan lain mungkin hidupku akan lebih sulit lagi. Seperti yang kamu katakan, dia sepertinya tidak terlalu buruk untuk dijadikan seorang teman."

"Baguslah kalau kalian sudah baikan.. Apa aku bilang, Daniel itu orang baik! Aku membela dia bukan karena aku berteman dengannya tapi itu memang fakta. Hati-hati loh, semakin dekat dengan dia nanti kamu bisa jatuh cinta.." Ucapan Hendi membuat Clemi bergidik geli.

"Apaan sihh.. Meskipun misalnya aku ditakdirkan untuk jatuh cinta pada dia, aku akan melawan takdir karena hal itu tidak akan terjadi. Tidak akan!!" Tegas Clemi penuh keyakinan.

"Iya deh iya, aku percaya kok. Btw terima kasih atas makan siangnya.." Hendi beranjak dari tempatnya duduk sesaat setelah ia melirik jam tangan, mungkin ia sadar jam pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

"Eh tungguin dong, main pergi aja.."

"Cepatlah kalau kamu tidak ingin disuruh keluar karena datang terlambat ke kelas pak Ibram."

"Oh iya!!" Clemi bergegas membereskan bekalnya dan menyusul Hendi secepat mungkin. Pak Ibram si guru fisika sangatlah kejam, murid tidak diperbolehkan telat masuk kelas saat jam pelajarannya meski satu detik saja.

"Brukkk.. Bangsat kamu, Hen!!" Hendi tersungkur sebab tiba-tiba menerima pukulan.

"Ya Tuhan! Hendiiii!!!" Clemi melempar bekal yang dipegangnya dan membantu Hendi bangkit.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang