15. Kapan Hari Baik itu Datang?

46 5 0
                                    


Kebahagiaan, sebenarnya ia tidak selamanya ditemukan dengan usaha dan penuh pencarian. Ada kalanya ia hadir serta menampakkan diri secara tiba-tiba, seperti hal-hal kecil yang membantu melewati satu harimu tidak hanya dengan cerita lara.

****

"Mi, kamu mau pergi kemana? Apa ke rumah sakit?" Akhirnya Yola memberanikan diri untuk berkata setelah sekian lama bergelut dengan rasa canggungnya.

"Iya.. Karena besok hari minggu, aku berencana menginap di rumah sakit menemani Lora. Aku sudah membereskan pekerjaan rumah dan menyiapkan makan malam, jika nanti kamu membutuhkan sesuatu atau Daniel tidak pulang, telfon saja aku, aku akan pulang.." Sembari membereskan barang-barang yang ia perlukan di rumah sakit, tak lupa ia membawa hadiah kecil untuk adik kesayangannya.

"Hmm, hmm.." Yola tergagap. Sangking canggungnya, ia menggigit bibir bawahnya.

"Kenapa? Apa ada hal penting yang ingin kamu katakan? Apa kamu butuh sesuatu?" Clemi menghentikan kegiatannya sejenak, ia ingin fokus mendengar kalimat yang akan diucapkan gadis yang dulu selalu bertengkar dengan dirinya.

"Aku ingin ikut menginap di rumah sakit bersama kamu!" Tegas, keras serta seperti kecepatan kilat kata-kata itu diucapkan Yola. Pipinya memerah menahan rasa malu.

"Hah???" Clemi menatap heran, Yola pun memejamkan matanya sembari menghela nafas.

"Sebenarnya sudah lama aku ingin menemani kamu ke rumah sakit, aku juga ingin berteman dengan kamu tapi aku malu mengingat bagaimana kelakukanku dulu. Aku yakin kamu pasti sangat membenciku tapi aku benar-benar menyesal dan ingin berteman dengan kamu." Dengan gelisah Yola memberanikan diri mengucapkan pengakuan yang ingin ia utarakan sejak lama.

"La, aku sama sekali tidak membenci kamu. Aku hanya sesekali berpikir, bagaimana rasanya memiliki sahabat seperti kamu? Pasti sangat menyenangkan! Aku juga sebenarnya sangat ingin berteman dengan kamu sejak dulu.." Clemi menghampiri Yola yang masih berdiri tertunduk, ia memberikan pelukan hangat dan Yola menyambutnya dengan senang hati.

"Ehemm, apa aku juga boleh bergabung?" Kedua gadis yang sedang berpelukan itu menoleh bersamaan ke ambang pintu.

"Viaa!!!" Clemi berlari mengampirinya sembari memeluknya sementara Yola nampak kebingungan namun tetap memberikan senyuman termanisnya.

"Ada apa datang kesini?" Tanya Clemi.

"Aku ingin berteman lebih akrab dengan kamu. Mulai sekarang, aku tidak akan menundukkan kepalaku lagi! Aku sadar bahwa bukan hanya aku saja yang mengalami kehidupan sulit tapi orang lain juga, lalu kenapa aku tidak bisa tegar seperti mereka? Aku malah bertindak seakan hidupku yang paling menderita. Terima kasih, secara tidak langsung kamu adalah orang yang memberi aku keyakinan untuk melangkah ke depan."

"Ehemm, ternyata di sekolah baru itu kamu sudah punya teman baru ya.." Gumam Yola.

"Eh, lupa!! Yola, ini Divia. Via, ini Yola.." Yola dan Via pun saling berkenalan.

"Aku tidak tahu aku bermimpi apa tadi malam tapi ini benar-benar di luar dugaan, akhirnya aku punya sahabat sekarang.." Sekali lagi ketiga gadis itu saling berpelukan sebelum akhirnya berangkat ke rumah sakit dan menginap disana menemani Clemi menjaga adiknya.

***

"Kakak, mereka siapa?" Lora memperhatikan Via dan Yola bergantian sebab merasa aneh saat melihat kakaknya membawa teman tidak seperti biasanya.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang