18. Hari yang Tidak Kuinginkan

36 5 0
                                    


Delapan tahun berlalu sejak kejadian dimana bu Nindi, wanita yang melahirkan Clemi dan Lora melompat dari atas gedung rumah sakit serta dinyatakan telah meninggal dunia. Lalu, angin apa yang membawanya muncul kembali setelah memaki dan menyakiti hati dua gadis yang dilahirkannya? Apakah wanita itu bangkit dari kematian untuk menebus dosanya? Atau mungkinkah ia hanya berpura-pura mati untuk menghindari tanggung jawabnya sebagai orangtua?

Dulu, Clemi hampir putus asa menerima kenyataan saat ibunya memilih mati daripada hidup saling menguatkan dalam perputaran pelik roda dunia bersama mereka. Kini, hatinya terasa lebih putus asa menerima kenyataan bahwa selama ini wanita kejam itu ternyata masih hidup disuatu tempat tanpa memepedulikan dirinya. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa seorang ibu memalsukan kematian pada anaknya sendiri? Apa tujuannya?

****

"Mi, saya tidak bermaksud mencampuri masalah keluarga kamu tapi cobalah memaafkan bu Nindi dan mengizinkannya menjenguk Lora.." Dokter Ayu meletakkan beberapa dokumen yang ia pegang kemudian duduk di samping Clemi.

"Bu Nindi siapa? Saya tidak mengenal orang itu. Yang saya tahu, ibu saya sudah mati delapan tahun lalu!" Clemi tersenyum simpul, matanya menyiratkan amarah bercampur kecewa dan sedih.

"Clemi, tolonglah.. Saya tahu kamu sakit hati, kamu merasa kesal dan sangat marah tapi coba pikirkan lagi, ibu kamu mungkin punya alasan melakukan semua ini."

"Tidak, saya tidak akan pernah mengizinkan wanita itu melihat atau menyentuh adik saya! Apa tujuannya menunjukkan diri setelah delapan tahun pura-pura mati? Tahukah ia seberapa sulit hidup yang kami jalani? Apa sekarang ia merasa bersalah setelah meninggalkan kami?" Dokter Ayu menghela nafas, ia mengerti bagaimana perasaan Clemi yang selama ini hidup dan berjuang sendirian.

"Maaf, saya mengerti dan saya tidak akan membahas masalah itu lagi."

"Seharusnya wanita itu bersembunyi sampai akhir agar saya dan Lora bisa hidup tanpa harus membencinya. Kehadirannya tidak membuat adik saya sembuh dan kata maaf tidak akan pernah wanita itu dapatkan dari saya, tidak peduli orang lain akan menganggap saya anak durhaka! Jujur untuk saat ini, saya merasa jika wanita itu lebih baik mati." Clemi menyeka air matanya setelah berkata demikian, ia merasa wanita itu tidak pantas ditangisinya.

"Clemi.." Ucapan doker Ayu terpotong saat tiba-tiba Lora mengalami shock, detak jantungnya menurun dan alarm merah berbunyi pertanda ia dalam keadaan darurat.

"Apa yang terjadi?" Clemi panik, dokter Ayu segera memanggil suster untuk membantunya menangani Lora.

"Sebaiknya kamu tunggu di luar, saya akan melakukan yang terbaik."

"Tidak, saya akan menemani Lora. Biarkan saya menemani Lora!!" Clemi meronta saat dirinya dipaksa keluar dari dalam ruangan.

"Tolong selamatkan adik saya!!!" Teriaknya lagi.

"Mi, apa yang terjadi?" Daniel yang selalu berjaga di kursi tunggu karena termasuk orang yang tak diizinkan mengunjungi Lora datang menghampirinya.

"Loraa, Lora.. Kamu harus bertahan, kamu harus bertahan!!" Gumamnya.

"Hey, tenangkan diri kamu. Lora akan baik-baik saja, okeee.." Daniel memberinya pelukan berharap ia merasa tenang namun pandangan pria itu terusik oleh seorang gadis yang berdiri di seberang lorong sedang memandang mereka.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang