7. Apa Salah Kami?

74 14 2
                                    


Dalam kesendiriannya di rumah, Clemi mengerjakan apa yang bisa ia lakukan. Di keheningan itu pun hujan turun membuatnya sejenak menghentikan kegiatannya. Ia berjalan mendekati jendela, tatapan sedih mulai menelusuk jauh memandang rintik hujan beraroma luka. Kenangan demi kenangan terlintas saat keluarga kecilnya masih ada dan nyata.

“Ayah, ibu..
Sebenarnya apa yang salah dalam keluarga kita? Mengapa kita tidak bisa merasakan kebahagiaan itu lebih lama seperti orang lain? Jika aku menangis, apakah takdir akan merasa iba dan merubah semuanya menjadi lebih baik? Tuhan seperti menghadiahkanku sebuah mobil kecil tapi kemudian ia memberikanku muatan untuk mobil besar. Aku tidak sanggup membawa beban terlalu berat namun harus tetap bertahan sebab perjalanan masih sangat panjang. Sedikit demi sedikit, apakah mobil kecil itu bisa sampai dititik akhir perjalanannya? Ia pasti sampai kan yah, bu?” Clemi membendung air matanya dengan tersenyum menghela nafas hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

“Iya,, sebentar..” Ucapnya.

“Lama banget sih,  budek apa gimana? Dari tadi diketukin!” Omel Daniel yang basah kuyup.

“Iya, maaff..
Aku tidak bisa mendengarnya karena hujan dan sibuk membersihkan dapur.”

“Alesan!!” Daniel masuk ke kamar dan beberapa lama kemudian bu Ira terlihat datang juga.

“Ibu, ibu kenapa basah kuyup begini?” Sambil menjabat tangannya.

“Saya tidak membawa payung karena tidak menyangka akan turun hujan sederas ini, padahal tadi saat dibandara langitnya sangat cerah.”

“Kenapa tidak telfon ke rumah? Saya bisa datang menjemput dan membawakan payung untuk ibu.”

“Akh, tidak apa-apa. Saya mandi dulu ya.."

“Iya bu, kopernya biar saya yang bawa.”

“Baiklah..” Bu Ira masuk ke kamar untuk membersihkan diri.

“Clemi!!!!!!” Teriak Daniel dari dalam kamar.

“Kenapa lagi sih dia?” Clemi bergegas menaiki anak tangga menuju kamar cowok pemarah itu.

“Clemi cewek sial...”

“Iyaiyaa, aku disini.” Ucapnya ngos-ngosan.

“Kamu yang beresin kamarku kan?”

“Ii,,iya..”

“Mana barang-barang yang ada di atas meja?”

“Aku membuang semua kertas dan sampah yang berserakan lalu menyusun kembali barang-barang kamu di tempat semula.” Jawabnya gugup.

“Ke tempat semula kamu bilang?? Kayak gini, ini tempat semulanya!” Daniel menarik taplak meja membuat semua barang yang ada disana berhamburan, vas bunga dan miniatur yang terbuat dari kaca pun pecah berkeping-keping.

“Akhh,,,” Clemi tersentak saat pecahan kaca itu menyayat kakinya.

“Kamu buang kemana sampah yang ada disini?”

“Aku menaruhnya dalam kantongan plastik dan membuangnya di tong sampah depan rumah. Apa ada sesuatu yang penting? Aku, aku hanya membersihkan kamar kamu tadi, aku..”

“Kamu cari sekarang juga barang yang hilang dari sini!”

“Barang seperti apa maksud kamu? Aku benar-benar tidak membuang barang-barang kamu, aku hanya mengumpulkan kertas dan plastik bekas cemilan, dan pun di luar sedang hujan deras.”

“Aku nggak mau tau! Cari sekarang jugaa!!!!” Daniel menyeret dan memaksa Clemi ke luar rumah.

“Akh, sakit! Kamu jelasin dulu barang yang kamu maksud itu seperti apa, aku tidak mengerti..” Pinta Clemi.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang