24. Akan Kucoba..

10 1 0
                                    

Kisah indah tidak membuatmu terhindar dari hal menyedihkan di kemudian hari dan kisah menyedihkan mungkin akan membuatmu enggan untuk mengikutsertakan orang lain dalam hiruk-pikuk kehidupan yang kamu jalani. Kemudian lagi-lagi kamu mungkin akan bertanya, lalu bagaimana? Harus melakukan apa? Tidak ada yang tahu pasti jawaban yang tepat untuk menjawabnya.

****

"Ini sudah dua minggu Daniel tidak pulang ke rumah. Apa sekarang dia tinggal di apartemen? Apa dia menghindariku? Tapi kenapa dia melakukan itu? Akulah orang yang seharusnya meninggalkan rumah ini." Clemi menghela nafas memandang lesu ke arah jendela hingga hentakan pintu mengagetkannya.

"Yola? Kenapa kesini? Hari ini kamu off, kan?"

"Aku kesini untuk memarahi kamu!" Yola meletakkan tas mahalnya terlebih dahulu kemudian mengatur posisi tempat duduk yang pas untuk mulai berceloteh.

"Memarahiku? Kenapa?"

"Karena kakakku tidak pulang ke rumah selama dua minggu ini. Jangan bohong, terjadi sesuatu dengan kalian, kan? Apa kalian bertengkar? Ayolah, ceritakan padaku!" Mohonnya.

"Apa kamu juga merasa bahwa ia tidak kembali karena aku?"

"Ya tentu saja, saat itu kakak baik-baik saja sebelum ia berkata akan bertemu dengan kamu. Sebenarnya apa yang kalian bicarakan? Apa kalian benar-benar bertengkar?"

"Kami tidak bertengkar.."

"Lalu kenapa kakak pergi dari rumah? Kakakku tidak pernah seperti ini sebelumnya dan dia bukan tupe orang yang akan melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini. Dia cowok brengsek, harusnya ia memberontak seperi biasanya. Kenapa malah bersikap seperti ini? Membuatku khawatir saja." Ketus Yola.

"Seharusnya kamu tanya ke Daniel langsung apa masalahnya, kenapa bertanya padaku? Aku harus jawab apa coba?"

"Gimana mau ditanya, batang hidungnya aja ntah dimana? Aku tahu ini ada hubungannya dengan kamu. Ayolah, kakakku pasti bilang kalau dia suka sama kamu kan trus kamu menolak. Iya kan? Kan? Kannn??" Yola menekan pertanyaannya berkali-kali membuat Clemi menahan nafas untuk berbicara.

"Aku, aku harus memeriksa pasien sekarang." Bergegas mengambil jas putihnya dan berusaha berlalu.

"Aku mengatakan ini bukan karena dia kakakku, tapi jika benar kakak mengatakan ia menyukai kamu, percayalah bahwa ia benar-benar tulus mengatakannya. Orang yang baru mengenal kakakku akan menilai bahwa ia adalah cowok brengsek, emosian, kasar, dingin dan cuek. Ya, aku mengakui itu tapi tidak sepenuhnya. Kakak bersikap seperti itu karena ia takut terlibat dengan hidup orang lain, sama halnya seperti kamu. Kakak mungkin tidak pernah bercerita tapi aku tahu ia sering dikhianati bahkan oleh teman-temannya sendiri. Sekali ia pernah benar-benar tulus tapi akhirnya ditinggalkan, apa kamu tahu seberapa besar keberanian yang ia ambil untuk mengakui perasaannya? Hish, si bodoh itu!" Yola kesal sendiri mengingat bagaimana kakaknya bersikap sok cool meski sedang dalam keadaan hancur, Clemi yang tadi hendak pergi pun kembali terduduk lesu.

"Bagaimana jika pada akhirnya ia akan terluka karena aku? Bagaimana jika saat kami bersama salah satu dari kami akan pergi lebih cepat? Semua orang yang aku sayangi akhirnya pergi, bagaimana jika itu terjadi padanya juga? Aku harus bagaimana? Aku takut la, aku takut.." Clemi menyeka sudut matanya, hatinya benar-benar trauma menerima seseorang untuk hadir dalam hidupnya.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang