Tim penolong dan medis yang datang secepat mungkin saat menerima panggilan darurat langsung terjun ke lokasi di mana Via terjatuh. Dibantu oleh beberapa siswa serta guru yang berpengalaman, selama kurang lebih dua jam akhirnya mereka menemukan Via yang sudah tidak sadarkan diri di antara bebatuan di bawah tebing. Dalam keadaan kritis tersebut pihak medis langsung membawa Via ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
"Viaaa, kenapa jadi begini? Kamu harus bertahan, kamu harus kuat! Tolonglah.." Clemi terus terisak di samping Via dalam mobil ambulance yang membawa mereka melaju dengan kecepatan penuh.
"Ma..aa..ff.. Ma..aa..ff.." Via nampak tersadar meski matanya masih tertutup, ia terus mengucapkan kata yang sama.
"Viaaa.." Clemi semakin menderu sembari menggenggam erat tangan gadis malang itu.
"Orang tuanya masih belum bisa di hubungi, bapak akan terus mencoba mengabari kejadian ini pada mereka." Pak Ando sebagai penanggung jawab acara touring ikut serta menemani Via di dalam mobil ambulance sebagai walinya.
"Viaaa, aku disini. Kamu harus bertahan yaa.." Clemi menggenggam tangan Via bahkan saat gadis itu digiring menuju ruang UGD.
"Maaf, adik tunggu disini.. Orang lain tidak diperbolehkan masuk kecuali pihak rumah sakit." Seorang suster menahan Clemi di ambang pintu agar tidak ikut masuk.
"Viaaa!! Akhh,, hiks..hikss.." Clemi hanya bisa terduduk di depan ruang UGD tanpa peduli dengan pakaian dan tangannya yang berlumuran darah, ia terus berlutut sembari menangis hingga para guru dan beberapa siswa termasuk Daniel datang.
"Jangan menangis, tolonglah jangan menangis seperti ini. Ayo, kita cuci tangan kamu.." Daniel membantu Clemi berdiri dan duduk di salah satu kursi, ia tidak tega melihat Clemi terus berlutut dengan kondisi seperti itu.
"Aku, aku harusnya tidak meninggalkan Via saat itu.." Isak Clemi. Daniel hanya diam, ia fokus membasuh kedua tangan Clemi yang berlumuran darah.
"Ini bukan salah kamu.." Daniel menghela nafas, ia mencium kening Clemi dan langsung memeluknya sebelum gadis itu semakin menyalahkan dirinya sendiri.
"Hikkkss..hiksss..hikkss!!" Clemi terus terisak dalam dekapan lelaki yang selalu menenangkannya meski ia tahu hubungan mereka tidak sedekat itu.
****
Dua jam berlalu, pak Ando menyuruh beberapa siswa dan guru untuk pulang dan mengurus proses penutupan tour sekolah sementara Clemi dan Daniel tetap disana menunggu kabar dari ruang UGD. Ketegangan terus berlanjut seiring sepinya suasana rumah sakit, sesekali Clemi mengintip kearah jendela yang tirainya sedikit terbuka. Suasana di dalam ternyata lebih menegangkan lagi, dokter dibantu para suster berusaha keras melakukan yang terbaik untuk Via.
"Bagaimana kabar orang tua Via, pak? Apa sudah bisa di hubungi?" Tanya Daniel pada pak Ando.
"Masih belum ada kabar dari mereka. Barusan bapak menghubungi salah satu karyawan orangtua Via dan berkata mereka sudah dalam perjalanan. Kita tunggu saja.." Ucap pak Ando.
****
Sementara Clemi, Daniel dan pak Ando menunggu kabar Via di ruang tunggu, seorang gadis nampak berdiri lesu dengan tangan gemetar di luar rumah sakit. Dinginnya malam sepertinya tak ia rasakan lagi, bibir merahnya memucat terus menghembuskan nafas tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepoi Angin Pilu (END)
Teen Fiction"Sepoi Angin Pilu" 28 Maret 2019 - 04 November 2020. Sebuah kisah luka tidak memiliki alasan untuk hadir baik di awal maupun akhir, ia datang begitu saja menjamah kehidupan manusia sesuka hatinya. Ia hanya ada dan akan selalu melekat untuk melengkap...