25. Akhir yang Indah

26 1 0
                                    

Pernahkah engkau berharap sebuah kisah pilu? Pernahkah engkau berdo'a untuk tidak mendapat hal bahagia dalam hidupmu? Pastinya tidak, seberapa seringpun engkau memaki betapa pedihnya kehidupan itu, menjalani kisah bahagia adalah satu-satunya harapan dari semua deritamu.

Jangan merasa egois saat berharap memiliki kehidupan indah sebab itu merupakan janji yang diberikan oleh Tuhan untuk setiap orang yang mendapat sebuah kehidupan.

Satu hari dalam banyaknya hari..
Percayalah akan menjadi kisah indah meski berawal dengan kepedihan, beruntun dengan putusnya harapan hingga mendekati keinginan untuk melepas sebuah kepercayaan.

~Zeca~

Sepoi Angin Pilu, hanya terangkai dari tiga runtutan kata namun sudah jelas tersirat sesuatu yang bermakna terkandung di dalamnya. Tidak selalu tentang cinta, tapi luka, derita serta hal lain dalam semesta yang terus dialami oleh setiap manusia. Setelah sepoi kepiluan angin terlewat, akhirnya aroma sejuk datang memikat. Seperti benih-benih muda mulai tumbuh subur di tanah yang awalnya gersang. Apakah ia akan tumbuh hingga menghasilkan benih berikutnya? Atau akan kembali layu di hantam gelombang angin peremuk jiwa? Tidak, kan? Sudah cukup, kan?

****

"Lora.. Hari ini kakak akan menemuinya, seseorang yang kamu pilih untuk hidup bersama kakak selamanya. Ibu, ayah.. Aku boleh memilikinya, kan? Aku boleh menyayanginya, kan? Tuhan tidak akan mengambilnya, kan?" Sambil menatap foto keluarga kecilnya sebelum melangkahkan kaki keluar dari kamarnya.

"Hey, mau kemana pagi-pagi begini?" Sapa bu Ira.

"Mau jalan sama aku dong!" Daniel tiba-tiba menyahuti.

"Jalan kemana? Haduhh, mama jadi inget masa muda waktu pacaran dulu deh."

"Bukan seperti itu bu.. Kk,kami, kami tidak pacaran, hanya ada janji bertemu hari ini."

"Ya sama saja, nanti juga bakal pacaran, trus nikah deh."

"Mama emang Proff paling the besttt!!!" Sahutan Daniel itu membuatnya mendapat cubitan kecil.

"Apaan sihh.." Sungut Clemi.

"Yaudah sana, hati-hati di jalan.." Lerai bu Ira.

"Oke!" Daniel langsung menuntun Clemi keluar sembari memegang tangannya.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?" Sambil melepaskan genggaman tangan Daniel.

"Oh iya, maaf.. Hanya berkeliling kota, aku berencana mengajak kamu ke pantai tapi lokasinya agak jauh dari sini."

"Pantai? Ke pantai???" Riang Clemi.

"Iya, kamu suka pantai?"

"Suka bangettt!! Aku terakhir kali ke pantai saat masih duduk di bangku sekolah dasar, saat itu ayah masih bersama kami. Wah, sudah lama sekali." Serunya.

"Yasudah, aku akan membawa kamu kesana."

"Tapi jauh, cuaca juga tidak bersahabat. Lagian kita naik motor, lain kali saja.."

"Tidak apa-apa.."

"Tapi, Dan.."

"Tidak apa-apa, ayo naik.." Clemi akhrinya menurut meski sedikit gelisah untuk pergi terlalu jauh.

Sepoi Angin Pilu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang