IHK - 8

32 11 4
                                        

"Sina?" Teriak Fero sambil berlari dikoridor sekolah membuat si pemilik nama menoleh kearahnya. Fero mensejajarkan langkanya.

"Kemaren kok dimatiin sih telponnya?"

"Gakpapa"

"Oh, bosen ya sama gombalan gue? Apa emang gak suka sama bacotan gue?"

"Enggak kok, biasa aja"

"Tapi risih? Itu bikin lo gak nyaman kan?"

Sina tak menanggapi Fero, ia juga bingung harus berkata apa karena dia senang saat ada didekat Fero dan berbicara dengan Fero.

"Gak nyaman? Yaudah besok besok gue gak bakal nelpon lagi deh janji"

Sina tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Jangan, gapapa kok nelpon aja, gak risih kok, beneran" timpal Sina di selingi cengiran salting.

Fero tersenyum "okelah, tapi gue lebih nyaman kalo face to face sih dari pada lewat media perantara seperti itu, hm kalau berhadapan kan biar gak perlu dibayangin wajah Lo nya"

"Semerdeka Lo aja deh"

Sesampainya dikelas Sina mengambil posisi duduk di samping Vanesha, dan disusul oleh Zoya.

"Yasser? Cctv mana? Kok belom dipasang?" Teriak Sina mengingat beberapa hari lalu harusnya sudah ada cctv.

"Ya, ampun iya gue lupa" Yasser berbohong sebenarnya bukan lupa, tapi ia berusaha melindungi kekasihnya. Ada niat dalam hatinya Yasser untuk membeli cctv setelah Eril melakukan hipnoterapi, kalau sekarang ga aman pikirnya.

"Yah Lo gimana si, gue stres ni jam mahal gue udah ilang" tambah Fero "kalaupun bukan dikelas ini maling nya, seenggaknya gue tau siapa yang ngambil dan berhasil masuk kelas ini. Ya walaupun cctvnya dipasang gue tetep gabisa dapetin balik jam gue, tapi alangkah baiknya kita hati-hati" lanjut Fero meyakinkan.

"Iyaudah nanti gue beli cctv yang bagus, biar jelas dan hd gambarnya. Jadi mukanya keliatan sampe pori-pori" saut Yasser menenangkan.

"Ah kalo kaya gitu mending buat liat oppa Korea gue" teriak Oya pada Yasser.

"Alah plastik aja" saut Gunawan, tak mendapat jawaban apa-apa tapi mendapat tatapan tajam dari beberapa orang K-Pop di kelas itu.

•••

Pulang sekolah Eril langsung masuk kedalam kamar, tiduran diatas kasur dan berfikir bagaimana kalau dia ketahuan maling? Apakah teman-temannya masih mau menemaninya? Pasti tidak. Apa Yasser tidak malu kalau temannya tau dia maling?

Eril bangkit dari posisinya dan duduk didepan meja khusus, apa dia ngaku aja sekarang ke teman-temannya kalo dia maling? Ngga mungkin.

"Maafin gue ya temen-temen" kenapa Eril suka bicara sendiri, padahal dia bisa telpon Yasser atau dokter Kirana.

Eril mengambil handphone dan menghubungi Yasser.

"Halo?" Suara dari sebrang sana menyahut dengan cepat.

"Udah beli cctv?" Tanya Eril to the points.

"Ngga mau beli" jawabnya jujur.

"Kenapa?"

"Masa gue biarin pacar gue tersiksa, nanti gue beli kalo Lo udah di hipnoterapi"

"Beli sekarang aja, nanti malah Lo yang di omelin temen-temen"

"Tenang aja"

Tutt panggilan diakhiri oleh Eril dia merasa sangat pening sekarang.

Eril bangkit dari tempatnya dan menuju ke ruang keluarga dirumahnya.

"Ma?" Panggil Eril ketika melihat mama nya ada di sofa depan tv "mama ga ke butik?"

"Ngga, ada Tante Iren disana. Kenapa?" Saut Rina.

"Ma, aku takut" jujur Eril dan mengambil posisi duduk disebelah Rina.

"Takut kenapa? Gabisa ngendaliin diri?" Rina tau keluhannya adalah tentang kelainan yang diderita. Rina juga tak bisa marah atau mengendalikan Eril ia juga tak tau apa yang harus dilakukan.

"Iya ma, temen-temen Eril mau pasang cctv. Eril pindah sekolah aja deh ma"

"Coba kamu berusaha ngendaliin diri, kalo kamu pindah kamu keliatan salah"

"Kan emang Eril salah, tapi Eril juga gabisa bikin diri Eril gasalah"

"Berusaha sayang, mama juga gabisa ngendaliin kamu atau berbuat sesuatu"

Hanya hembusan nafas panjang yang Eril keluarkan karena tak tau juga harus berbuat apa.

❤️❤️❤️

Stakkkkk banget otak saya dan teman saya juga annisafitrani bingung mau gimana.

Tapi tolong tinggalkan jejak yaaa.

I hate Klepto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang