****
Di sebuah balkon rumah, tampak seorang wanita berusia 24 tahun sedang menikmati udara malam, sesekali ia menggosok-gosokkan telapak tangannya karena udara dingin malam ini.
Wanita itu menengadah menatap langit yang tak berbintang. Baru sedetik ia menatap langit, tiba-tiba sebuah tangan memeluknya dari belakang dan menggenggam tangan dinginnya.
"Vin ... " kata wanita itu lirih.
Seorang lelaki yang memeluk wanita itu hanya bergumam sebagai jawaban.
"Lepas dulu," kata wanita itu mencoba melepaskan pelukan lelaki di belakangnya ini, namun gagal.
Wanita itu menghela napas panjang, lelaki yang ada di belakangnya terkekeh pelan karena melihat raut wajah kesal wanita di depannya ini. "Jangan kesal begitu, nanti aku makin sayang loh, Al," goda lelaki itu.
"Ga kesal juga tetep sayang kan lo sama--" ucapan wanita itu terpotong karena lelaki itu langsung mencium pipinya sekilas.
Seperti tak melakukan kesalahan, lelaki itu malah membalikkan tubuh wanita itu agar menghadapnya, "Gak boleh ngomong pakai 'lo-gue' mungkin itu yang harus kamu ingat Alda."
Wanita yang di panggil Alda itu pun mengangguk paham. "Kamu kok udah pulang?"
"Kan aku kangen," jawab lelaki itu.
Alda memukul pelan lengan lelaki itu. "Aku serius ih!"
"Aku juga serius ih!" kata lelaki itu meniru gaya bicara Alda.
Mereka berdua tertawa bersama, sebelum akhirnya Alda mengajak lelaki itu masuk ke dalam. Mereka duduk beriringan di sebuah sofa, Alda memeluk dirinya sendiri karena dinginnya udara di luar masih terasa di tubuhnya walau sudah masuk ke dalam rumah.
"Dingin ya?" tanya lelaki itu.
Alda mengangguk mengiyakan. Lelaki itu bangun dari duduknya dan pergi ke atas. Alda mengerucutkan bibirnya, ia kira lelaki itu akan memeluknya, tetapi kini ia malah di tinggal sendirian, memang tidak peka sekali lelaki itu.
Tak ingin terlalu memikirkan lelaki itu, Alda mencoba memainkan ponselnya yang ada di saku celana. Baru beberapa menit ia memainkan ponsel, tiba-tiba sebuah selimut menempel di tubuhnya, ia melihat siapa yang memasangkannya, ternyata itu adalah lelaki yang tadi meninggalkannya sendirian.
Aish, lelaki itu memang susah di tebak. Terkadang sangat manis, terkadang menyebalkan, tapi entah mengapa bukannya ia menjadi marah malah semakin sayang, rumit memang.
"Alda?" panggil lelaki itu.
"Hm? Kenapa, Vin?" Alda menatap lelaki itu yang kini juga menatapnya.
"Kalau aku tetap di sini, kamu akan selalu ada di samping aku, 'kan?" pertanyaan lelaki itu membuat Alda bungkam, ia melihat mata lelaki yang amat dicintainya dengan seksama, ada sebersit kekhawatiran dari dalam matanya.
Alda menggenggam tangan lelaki itu. "Kemana pun aku pergi, jalan pulang yang akan selalu aku cari buat pertama kalinya itu kamu Vin."
Lelaki yang di panggil Vin itu tersenyum kecil. "Kenapa?"
"Kenapa apanya?" tanya Alda bingung.
"Kenapa harus kamu yang harus cari aku? Kenapa gak biarin aku yang cari kamu?" tanya lelaki itu.
"Kalau gitu, ayo buat perjanjian. Di masa depan kalau kita ketemu lagi di kehidupan selanjutnya, mari bertemu kembali sebagai dua orang yang saling mencintai." Alda mengulurkan jari kelingkingnya ke arah lelaki itu.
Lelaki itu menatap jari kelingking yang Alda ulurkan kepadanya, sebelum akhirnya menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking milik Alda. "Mari saling bertemu kembali." kata mereka bersamaan.
****
Halo! Aku bakal merevisi cerita ini dari awal, gak semuanya sih, cuman beberapa part yang menurut aku kurang nge-feel aja, mohon maaf bagi semua readers aku yang kecewa *apasi ngarep banget aku di ngecewain anak orang:(* Intinya jangan lupa support cerita ini terus yaa!;)
Tertanda,
-Nararaa-
KAMU SEDANG MEMBACA
Davino [End] ✔
Teen Fiction[Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Tq. "Utamakanlah perasaan dari pada persahabatan." Mungkin kalimat itu tak berlaku bagi Alvino Sandi Geraldo. Lelaki yang sudah menjadi sahabat Alda Silfiani Claretta sejak kecil itu memilih untuk memb...