Annyeonghaseyooo🙌
Saya buat ff baru lagi niii
Setelah beberapa kali buat ff dan harus aku unpublish karena ceritanya yang subhanallah rancunya😂
Yang jelas ini cerita bakal ringan banget dengan sedikit teori.
Dan sekali lagi ni cerita aman banget buat seluruh umur.
So dont worry😋😋
Yang jelas semoga kalian semua suka sama ff ku yang tak jelas ini😂
Lets read and enjoy
I purple you all💜💜
Dasi gomawoo Jin-ah karena udah mau jadi peran utamanya. And mian chimy atas penghianatan sepihak ini
😗😗
.
.
.
Seijin POV
Brakk...!!Suara bantingan yang berasal tidak lain dari sebuah daun pintu yang masih dapat ku dengar meskipun aku berada jauh beberapa langkah dibelakangnya. Masih mengayun jelas mengantar bunyi dentuman keras hingga kesela terdalam gendang telinga ini.
Membuat sekujur tubuhku nyaris ikut bergetar karenanya. Bukan karena suara dentum keras tersebut, melainkan pemilik dari sesosok tangan yang sudah melakukan tindakan tersebutlah yang membuatku merasa begitu dongkol serta jengah.
Aku sangat benci ini. Sebuah suasana yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang ku rasakan tepat satu tahun lalu.
Memangnya apa yang sudah merasuki hati serta jiwanya satu tahun terakhir ini, setelah seseorng yang biasa ku sebut appa tersebut dipanggil sang maha pencipta hingga dia berubah sedemikian hebatnya dari yang ku kenal.
Yaaaa.... betul sekali eommaku.
Eomma yang dulu ku kenal sebagai yeoja yang sangat lemah lembut penuh kasih sayang namun tegas dalam mengambil segala keputusan. Namun kini ia seakan telah berubah menjadi seorang yeoja monster yang sangat mengerikan. Hingga aku saja masih tak habis pikir monster jenis apa yang telah merasukinya.
Aku duduk dilantai dengan menyenderkan kepalaku yang terasa begitu berat ini disalah satu sisi ranjang tempat tidur ku. Lagi-lagi malamku diakhiri dengan deru air mata yang seolah olah tak pernah kering meskipun aku selalu menumpahkannya setiap hari.
Ralat,
Bukan setiap hari, melainkan setiap saat!!
Ku pegangi foto mendiang appa-ku yang setiap hari dengan senyum teduh yang terukir diwajahnya, dengan setianya memandangi putrinya yang begitu lemah ini dari sebalik kaca figura.
"Appa." Ucapku tersedu.
Ku tatap rapuh pria paruh baya yang nyaris merenta ditelan usia dengan senyum tulus yang terukir diwajahnya itu, yang kini tengah terperangkap kaku didalam sebuah frame dengan sentuhan warna khas cokelat kayu yang menghiasi setiap sudut bingkainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.