20. Gone

855 75 0
                                    

"Wae ureo?" Ucap seseorang sembari mengusap pelan rambut ku yang cukup berantakan khasnya orang bangun tidur. (Kenapa kau menangis)

Suara itu, aku sangat tidak asing dengan suara itu. Suara hangatnya yang lembut namun selalu tegas akan segala tindakannya dalam mengambil segala keputusan yang hierarki.

Aku seketika menjerit didepannya lalu melepas kekhawatiran ku ini dengan sebuah pelukan spontan padanya.

"Oppa. Oppa darimana saja eoh?"
Jerit ku dari dalam pelukannya.

"Aku sangat khawatir ku pikir oppa pergi meninggalkan ku tadi." Lanjut ku masih dengah jeritan.

Melihat over reaction ku itu Jin terkekeh geli jadinya, "Hihihi setakut itukah isteri ku kehilangan oppanya eoh? Padahal aku hanya dari kamar mandi."

Kenapa dia tertawa eoh?

Pikirnya ini lelucon?

Heol,,

Ku rasakan pipi ku yang mulai menaikkan suhunya. Merah merona bak seekor kepiting rebus.

Malu buka main, rasanya ingin sekali ku tenggelamkan saja wajah ku ini kedalam inti bumi. Bagaimana bisa aku bereaksi seover ini, padahal Jin hanya pergi kekamar mandi.

"Seijin-ah, naega..." perkataan Jin terjeda.

"Naega wae oppa?" Ku urai pelukan ku lalu beranjak menatap matanya.

Jin menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Aku sepertinya tidak akan pulang untuk beberapa hari kedepan."

"Tidak pulang? Maksud oppa?" Aku mengernyitkan dahi ku sebagai reaksi tak mengerti.

"Ada beberapa urusan yang harus ku selesaikan diagensi ku. Dan juga ada sebuah perjalanan keluar kota untuk mengisi sebuah konser tunggal ku. Dan mungkin itu akan menjadi penampilan terakhir ku diatas panggung." Tutur Jin lesu.

"Tunggu, penampilan terakhir? Apa lagi maksud oppa?" Kini nada bicara ku sedikit mengalami kenaikan frekuensi.

"Aniyaaa, aku hanya salah bicara. Tidak usah terlalu dipikirkan. Arraseo."  Ucapnya kemudian mengecup kening ku manja.

****

Aku membantu Jin menyiapkan beberapa keperluannya untuk keluar kota. Aneh, biasanya setiap dia ingin pergi jauh, pasti dia akan mengajak ku bersamanya meskipun nantinya aku menolak ataupun tidak.

Tapi kali ini tidak, kalimat itu benar-benar tidak terlontar dari birai sensualnya itu. Mungkin dia memang benar-benar ingin pergi sendiri.

Padahal aku ingin sekali melihat konsernya secara langsung. Dulu saja jika aku ingin menonton satu konsernya, aku harus merelakan gajian satu bulan ku atau setidaknya tiga bulan uang saku ku hanya untuk melihatnya  beraksi diatas panggung.

"Sudah selesai?" Tanya Jin dari belakang.

"Nee oppa. Jika nanti pekerjaan oppa sudah selesai cepatlah pulang." Jawab ku seraya menutup resleting kopernya.

Jin membalikkan badan ku hingga kami saat ini dalam posisi saling menatap satu sama lain.

"Lihat aku Seijin, aku janji setelah semua ini selesai aku akan segera pulang. Kau bisa pegang janji oppa mu ini." Menangkup wajah ku dengan kedua tangannya.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang