Seijiin POV
Sang mentari yang sedari tadi merajuk kini akhirnya undur diri dari hadapan kami semua. Berganti dengan...
Ahh ani... ani...
Ralat,
Kali ini tidak seklasik itu. Cerita yang sudah biasa setiap kali sang mentari terbenam digantikan oleh sang rembulan.
Hahaa...
Kali ini tidak semudah itu ferguso.
Jawabannya simple karena kali ini memang sama sekali tidak terlihat sedikitpun eksistensi sang raja malam itu.
Bintang? Sama saja, orang biasa bilang sebelas, sebelas seperempat. Karena malam ini antara bulan maupun bintang sama-sama absen untuk dapat berhadir.
Aku keluar restoran cepat saji setelah resmi menggantungkan sebuah papan kecil bertuliskan closed didinding kacanya itu.
Fiuhhh...
Hari yang cukup panjang bagi orang sepertiku. Sebab aku melewatinya tanpa sedikitpun campuran semangat yang menyelingi didalamnya.
Setelah turun dari bus yang memeberhentikanku di sebuah halte, ku melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju ke komplek rumahku.
Kruyuk... kruyuk
"Ige mwohae?" Ucapku sambil memegangi perut nan rataku itu. (Apa ini)
"Geureom, seharian ini aku belum ada makan. Pantas saja para demonstran-demonstran diperutku sudah mengadakan aksi demonstrasinya." Kataku sambil tersenyum kecil. (Tentu)
Aku berjalan melewati sebuah minimarket kecil sebelum masuk ke komplek perumahanku. Lalu disana ku dapati disana seorang namja berseragam lengkap yang biasa dipakai para pekerja di minimarket tersebut.
Ia terlihat sangat lelah dan berkeringat. Namun lagi-lagi aku dibuat terhipnotis dengan visual nan sempurnanya itu. Bahkan wajah tampannya itu boleh dikatakan mirip dengan seorang Idol yang pernah menjadi pemenang sebagai The Most Popular Handsome seKorea Selatan.
Aigoooo...
Wajah berkeringatnya saja begitu seksi apalagi...
Aku berdecik kaget sambil mengetuk tempurung kepalaku sendiri yang sudah mulai berfikiran liar.
"Yaa Seijin-ah apa yang kau pikirkan? Kau masih berumur 17 tahun ara? Bahkan KTP saja kau baru selesai membuatnya. Tapi kenapa pemikiranmu bahkan sudah seperti wanita berumur 25 tahun ke atas yang sudah sangat berpengalaman dalam hal-hal seperti itu." Ucapku bermonolog sendiri.
Lagi-lagi demonstran diperutku melanjutkan aksinya. Baiklah kali ini aku mengalah. Aku akan masuk kesana dan membeli beberapa ramyeon.
Karena jika aku memasaknya sendiri dirumah, aku tidak ingat lagi apakah dirumahku masih ada gas untuk menyalakan api dikompornya atau tidak. Sebab sekali lagi aku lupa kapan terakhir kali aku masak dirumah.
Aku membuka pintu minimarket itu dan ku rasakan udara dingin AC yang langsung menjalar kesekujur tubuhku.
"Hyaaaa Seijin-ah kemana saja kau selama ini sampai-sampai aku jarang melihatmu lalu lalang dan merengek minta dibuatkan ramyeon super pedas dariku?"
Kata seorang namja yang ku sebut visual sempurna tadi sambil melambaikan tangannya lalu mendekatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.