Anyeong yeorobundeul!
Mianhae, seharusnya aku update chapter secara sehari setelah aku update chap yg kemarin T_T. Padahal aku udah bilang meskipun vote dan komennya nggak nyentuh target, aku tetap akan update lagi besoknya, tapi malah nggak jadi.Tapi sebenarnya itu sama sekali bukan kesengajaan kok, aku bukannya sengaja nggak update karena vote and komennya nggak nyentuh target. Nggak sama sekali nggak -_-
Sehari setelah aku update kemarin, tugas sekolah aku mendadak banyak sekali, menjibun selayaknya dosa. Jadi nggak kepikiran buat update lagi besoknya. Aku benar2 lupa punya tanggungan. Satu minggu penuh itu jadwal aku benar2 berantakan. Aku juga mendadak ada acara penting ditanggal 22nya, and so then finally, aku baru bisa update sekarang.
Tapi semoga saja chap ini tidak mengecewakan.
Happy reading, I Purple you :)
Jemari-jemari lentiknya mengusap pelan setiap inci dari buku yang tersusun rapi memenuhi rak buku kayu berpernis tersebut. Mencari-cari referensi terbaik untuk tugas pertama dikampusnya. Jalan beberapa menit kemudian akhirnya pendar matanya pun menangkap dengan pasti salah satu buku yang sejak tadi ia cari.
Lantas ia pun mengulurkan tangannya keatas mencoba meraih buku setebal kamus itu yang berada sedikit tinggi diatasnya. Nyaris membuat tungkainya berjinjit pun belum dapat membuat tangan Seolrin berhasil meraih buku tersebut.
Hingga detik berikutnya Seolrin rasakan punggungnya menabrak sesuatu dari belakang. Refleks membuatnya berbalik dan mendapati dada bidang seorang pria dengan balutan kemeja putih bersalur rapi tengah berada tepat didepan wajahnya. Bahkan nyaris menyentuh ujung hidungnya.
"Kau mencari ini?" Ucapnya hangat. Kemudian menyerahkan buku yang berhasil diraihnya tadi kedepan Seolrin.
"Namjoon-ssi? Ahh iya aku mencari ini terimakasih." Suaranya sedikit bergetar akibat rasa canggung pun kejut yang tetdengar begitu kental membaur didalamnya.
"Tidak usah terlalu canggung. Kau mencari ensiklopedia untuk apa?" Namjoon mundur selangkah kemudian mempersilahkan Seolrin untuk berlalu mencari tempat untuk mendudukkan diri sejenak.
"Tugas dari kampus." Seolrin membuka halaman pertama ensiklopedia tersebut.
"Oooh jadi kau kuliah disini." Namjoon mengangguk ringan ikut mendudukkan dirinya disebelah Seolrin.
"Kau sendiri? Kuliah juga?" Seolrin hanya melirik Namjoon sejenak kemudian kembali memfokuskan retinanya pada lembaran-lembaran didepannya.
"Tidak. Aku dosen disini. Dosen sastra Inggris. Ku harap kita akan bertemu nanti." Namjoon menarik satu senyum tipisnya. Membuat lekukan kecil disisi pipinya tercipta indah. Meski tak terlalu kentara.
"Baiklah. Tapi aku tidak terlalu berharap demikian. Aku tidak suka bahasa Inggris. Merepotkan." Tukas Seolrin terlampau jujur kemudian merotasikan pupilnya pongah sebelum akhirnya kembali memfokuskan dirinya pada ensiklopedia didepannya yang telah nyaris mencapai halaman dua belas.
"Tapi ngomong-ngomong kenapa kita bisa bertemu disini lagi yaa?" Tanya Namjoon berusaha mencuri perhatian gadis didepannya.
"Entahlah mungkin karena Seoul terlalu sempit."
Namjoon menyatukan kedua tangannya. Merematnya kuat mencoba menyalurkan rasa gemasnya pada gadis pelayan restoran didepannya ini. Mengapa membuatnya luruh terasa sulit sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.