Seokjin POV
Mianhae Seijin aku masih belum bisa untuk jujur sekarang...
Ku tatap hangat matanya yang masih tertutup rapat, menandakan dia masih terhanyut tenang dalam alam bawah sadarnya. Tak berniat sedikitpu untuk mengoyak mimpi indahnya, aku pun berjalan keluar seorang diri dengan sedikit langkah memindik.
Cahaya rona sang fajar yang masih malu-malu untuk memaparkan seluruh sinarnya membuat pagi buta ini terasa begitu sejuk bahkan terkesan dingin.Mungkin hawa'hawa dingin ini karena pengaruh daerah pegunungan.
Usai menghirup udara segar pagi, ku lanjutkan langkah ini untuk pergi ke dapur. Mencari sesuatu yang dapat mengisi sarapan kami pagi ini.
Tapi sayangnya, hari ini bukan hari keberuntungan ku. Sebab didapur saat ini tidak ada bahan makanan apapun selain air mineral.
Aku pun bergegas menyalakan mesin mobil ku untuk pergi ke pasar yang ada didekat sini. Sekali lagi ini bukan hari keberuntungan ku. Mobil ku yang selama ini selalu ku rawat dan ku jaga dengan baik tiba-tiba saja merajuk dengan sendirinya.
Tidak ada pilihan lain selain harus menggunakan kekuatan tungkai ku sendiri untuk berjalan menuju pasar untuk membeli beberapa bahan perlengkapan didapur. Cukup jauh jarak dari penginapan kami menuju pasar tersebut.
Satu kilometer...
Dua kilometer...
Ralat, ku rasa lebih dari itu.
Selesai dengan perjuangan ku yang tiada tara mendapatkan bahan makanan dari pasar tersebut, ternyata Seijin masih enggan beranjak dari mimpinya.
Tidak salah juga, pasalnya ini masih terlalu pagi. Dia pasti masih sangat lelah karena perjalanan semalam. Aku pun akhirnya mulai menguji bakat ku dalam bermain dengan pisau dan bawang yang sudah lama terpendam ini.
Membelah setiap bahan yang harus dibelah. Menggorengnya mencampurnya dengan bumbu yang pas dan mengaduknya sempurna hingga terciptalah sebuah bibimbap sempurna ala Kim Seokjin.
Aku tersenyum sendiri setelah melihat dua mangkuk yang sudah terisis penuh oleh bibimbap hangat yang dengan kepulan asap samar menyeruak dari puncaknya.
"Tidak terlalu buruk, ternyata bakat tersembunyi ku masih ada." Batin ku bangga.
Seijin POV
Seluruh badan ku terasa begitu berat dan layu. Pasti ini karena faktor kelelahan akibat perjalanan yang menguras tenaga kemarin.
Ku buka mata ku pelan, kemudian ku kerjapkan beberapa kali untuk waktu yang cukup lama sekedaru untuk mengumpulkan kembali nyawa ku yang tercerai berai dialam mimpi. Hingga ku sadari ternyata Jin sudah tidak berada disebelah ku lagi. Dia bangun duluan lagi rupanya.
Sebuah aroma nikmat dari semangkuk bibimbap hangat mengantarkan ku untuk mencari asal muasal bau nikmat tersebut.
Ku geser bilik kayu menuju dapur dan ku temukan sosok Jin menggunakan celemek masak dengan corak kotak-kotakerah muda tengah asik membersihkan sisa-sisa bahan makanan yang masih sedikit tercecer disekitaran meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.