Aku telah selesai membersihkan diriku dari aktivitas rutin ku seharian ini. Ku rebahkan tubuh lelah ku ini diatas ranjang king size yang masih banyak menyisakan tempat dikanan kiri ku.
Fiuhhh....
Ku hela napas panjang dalam satu tarikan lalu ku buang perlahan. Hari ini aku sengaja tidak memasak untuk Jin. Karena aku yakin sekali suami ku tercinta itu tidak akan pulang cepat lagi malam ini.
Ku ambil ponsel putih ku dari nakas yang tak berjarak jauh dari tempat tidur ku itu. Hanya sekitar beberapa jengkal saja. Bingung apa yang akan ku lakukan dengan benda persegi panjang tipis ini.
Ahhh benar juga, kenapa tidak pernah sekalipun terlintas dipikiran ku untuk menelpon ibu mertua ku saja. Dia pasti sekarang sudah dirumah. Hahaha baiklah aku akan menghubungimu eomma.
Tuuutttttt...
Tuuuttttt...
Suara sambungan telepon ku hanya berbunyi seperti itu berkali-kali hingga akhirnya terdengar suara serak wanita paruh baya menjawabnya dari seberang sana.
"Yeoboseo..." ucap eomma Jin membuka percakapan kami ditelfon malam itu.
"Nee yeoboseo eomma. Mianhae aku mengganggu eomma malam- malam seperti ini." Jawab ku ragu.
"Yaaa Seijin-ah kau bilang apa. Sama sekali tidak. Aku malah senang kau bisa menelfon ku."
Sangkal eomma terdengar sedikit kontras dengan suasana malam ini yang terkesan dingin.Aku menarik sedikit senyum usai mendengar jawabannya. Merasa lega jika aku tidak mengganggu waktu rehatnya "Gomawo eomma."
"Akhir-akhir ini aku benar-benar merasa kesepian sejak Seokjin-niie ku kau rebut." Cibirnya dengan nada sedikit kesal pada ku yang sukses mengundang tawa ku hingga menggelegar.
"Wahahahaa jinjja? Maafkanlah diriku yang sudah merampok putra tampan mu itu eomma." Ucap ku dengan tawa-tawa kecil yang masih menghiasi disisa-si suara ku.
"Geundae, Seokjin-nie ku tidak merepotkanmu kan?"
"Aniya eomma. Jangan khawatir Jin oppa tidak pernah minta yang macam macam dariku." Jawab ku santai.
"Geundae, apakah dia masih suka pulang malam, machi?"
Aku terdiam sejenak lalu berkata, "Kalau untuk yang itu, majja eomma. Dia masih sering pulang malam. Dan sekarang masih belum pulang."
Terdengar jelas dari kejauhan eomma menghela napas panjang
"Memang Seokjin itu kemauannya sangat besar. Kalau sudah berkomitem sebisa mungkin dia akan menyelesaikannya." Jelas eomma.Terdengar sekali nada suaranya yang kian meredup dari sebalik telepon. Aku pun sadar mungkin eomma sudah cukup lelah.
"Eomma, aku tutup ya telponnya. Nanti kapan kapan akan ku hubungi lagi." Ucap ku yang begitu peka dengan keadaan eomma.
"Geurae. Annyeong Seijin-ah." Jawab eomma hangat.
"Nee annyeong eomma." Ucap ku yang menjadi penutup pembicaraan lewat telepon kami malam itu.
Selang beberapa menit setelah pembicaraan ku dengan eomma itu, samar-samar terdengar suara mesin mobil yang tidak asing ditngakap rungu ku. Masuk ke halaman rumah ku lalu tak lama kemudian dimatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.