4. Confused

560 61 24
                                    

Lalu lalang para wisatawan maupun orang-orang lokal memenuhi seluruh lobi ruang tunggu bandara incheon. Hal yang sama pun dilakukan oleh pasangan Kim-kim couple ini. Usai menghabiskan tiga hari liburan diIlsan, Seijin dan Seokjin memutuskan untuk segera kembali keSeoul mengingat ia tak bisa meninggal junior Kimnya lebih lama lagi.

"Seijin-ah tunggu disini sebentar. Aku akan mengambil koper kita dulu." Seijin hanya mengangguk seraya menatap punggung Seokjin yang langsung lenyap ditengah kerumunan manusia.

Usai mendapatkan kembali kopernya Seokjin segera melanjutkan langkahnya menuju dimana Seijin tengah menunggunya sekarang. Namun belum sempat dirinya menemui Seijin. Firasatnya mengatakan ada sedikit yang aneh pada koper hitamnya.

Iya kopernya aneh. Dan Seokjin tahu itu. Koper itu sedikit berbeda. Dan sepersekon berikutnya Seokjin mantap mengatakan bahwa kopernya memang telah tertukar. Tatkala dirinya membuka koper tersebut dan menemukan ada banyak barang perempuan disana. Namun jelas itu bukan milik Seijin.

Seokjin bingung pun sedikit heran mengapa bisa ia sampai seceroboh ini. Maka dengan segera ia kembali menutup koper tersebut dan melangkah pergi mencari petugas maskapai pesawat yang mungkin dapat membantunya saat ini juga.

Belum sempat dirinya menemukan salah satu petugas dari maskapai pesawat yang baru saja ditumpanginya, Seokjin seketika terhenti. Menatap seorang gadis dengan surai cokelat gelapnya tengah menarik santai sebuah koper yang persis sama dengan yang dirinya punya.

Maka tak membutuhkan waktu lama Seokjin lantas berlari kecil menyusul langkah gadis tersebut. "Permisi nona tolong berhenti sebentar."

Gadis tersebut terhenyak merasa ada seseorang yang tengah memanggil presensi dirinya. Lantas ia pun membalikkan punggung segera. "Yaa tuan apakah yang kau maksud itu aku?"

Seokjin mengangguk seraya mengontrol tarikan napasnya yang sedikit tersengal. "Iya benar. Aku memanggilmu.  Ku rasa ada yang salah dengan kita. Kopermu dan koperku sepertinya tidak sengaja tertukar."

Gadis tersebut memicingkan matanya sinis. Sedikit ragu dengan penuturan Seokjin. Ia pun menatap kedua koper yang nampak sama persis itu bergantian. "Darimana kau tahu itu?"

"Maaf untuk yang itu. Karena aku sedikit ragu jadi aku tadi membuka kopermu. Tapi jangan khawatir aku sama sekali tidak menyentuh apapun disana." Ucap Seokjin meyakinkan khawatir gadis didepannya ini akan tersinggung.

"Kau membuka koperku?" Sarkasnya ketus seraya mendengus kasar kemudian kembali berujar. "Baiklah aku tidak akan membuka koper milikmu karena ku rasa kau bukanlah seorang penipu atau orang jahat. Jadi sekarang tolong kembalikan koperku."

Seokjin menyerahkan koper hitam milik gadis itu yang langsung diraih kilat olehnya. Kemudian tak berselang waktu lama, gadis itu segera membalikkan torsonya pergi meninggalkan Seokjin tanpa sepatah kata manis pun. Terimakasih misalnya.

Seokjin menatap lamat punggung gadis yang perlahan menjauh itu dari hadapannya hingga akhirnya pun pendar matanya tak lagi dapat menangkap atensi gadis bersurai cokelat gelap tersebut setelah menghilang lenyap disebalik pintu lobi ruang tunggu.

Seokjin bingung. Seokjin heran. Lebih tepatnya tak habis pikir mengapa dirinya dapat bertingkah seramah itu pada gadis tadi. Padahal jika dipikir-pikir perangai dingin pun sedikit tak suka bersosialisasi telah tersemat sempurna pada dirinya sejak dulu. Lantas menegur orang lain yang sama sekali tidak dikenalnya bukanlah personalnya.

Namun entah ada angin apa pertemuan singkat dengan gadis tadi membawa gejolak aneh didadanya. Membuatnya bersifat ramah pun hangat bahkan dipertemuan pertama mereka. Wajah gadis itu, perangai gadis itu, hingga suaranya. Seokjin sama sekali bingung. Mengapa gadis itu mampu membawa desir kehangatan tersendiri dihati Seokjin.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang