Cukup sudah sial bagiku bertemu dengan yeoja menyebalkan itu hari ini. Tolong jangan ditambah lagi. Tapi sepertinya Tuhan berkata lain. Hari ini Tuhan benar-benar seolah menguji kesabaran ku.
Kalian tahu kenapa?
Mobil Jin lagi lagi merajuk disaat yang sangat-sangat tidak tepat. Contohnya saja seperti sekarang ini. Ku kira mobil seorang penyanyi sekaligus pengusaha muda seperti dirinya tidak akan pernah mogok. Rupanya aku salah terka.
Lagi-lagi mobilnya mogok dan mengharuskan kami untuk pulang dengan menggunakan kedua tungkai kami sendiri. Jangan tanya mengapa kami tidak memakai jasa ojek atau taksi online.
Sayangnya hidup ini tak semudah itu ferguso.
Disini belum tersedia layanan itu semua. Sehingga harus memaksa kami untuk menguras sedikit keringatnya diseperempat malam ini.
"Mianhae Seijin. Kau pasti lelah." Ucap Jin sambil terus berjalan disebelah ku.
"Jangan khawatir oppa. Nan gwenchanayeo. Lagipula dengan jalan kaki seperti ini kita bisa lebih menikmati pemandangan sekitar machi?" Ucap ku sembari menunjuk-nunjuk pinggiran jalan yang disuguhi banyak pemandangan yang luar biasa indahnya.
Jin mendengus pelan. "Benar juga."
Lensa cokelat gelap ku tak bosan- bosannya menyorot setiap sudut kota yang kami lewati.
Setapak demi setapak yang kami lalui. Setiap langkah yang memberikan pemandangan yang berbeda membuat rasa lelah ku seakan terlupakan sejenak.
Mata ku tak jenuh-jenuhnya disuguhi pemandagan pemandangan menarik yang sukses menggugah hati siapapun yang melihatnya.
Aku tersentak spontan, ketika sebuah mantel cokelat tebal sudah terselampir rapi diatas punggungku.
"Nanti kau kedinginan." Ucap Jin yang begitu peka dengan sorot mata ku yang terkejut kearahnya.
"Gomawoo oppa." Jawab ku pelan.
Dia sangat sadar bahwa gaun tipis ku itu takkan mampu menahan terpaan dinginnya angin malam.
Selain itu, gaun ku ini juga merupakan gaun telanjang bahu, sehingga ia dengan bebasnya memaparkan kedua bahu mungil ku ini.
"Apa kau masih kedinginan?" Tanya Jin kemudian.
"Jaegeuman." Kemudian aku tersenyum tipis. (Sedikit)
"Berikan tanganmu." Ucap Jin dengan sedikit anggukan.
"Mwoya ige?" Tanya ku bingung ketika Jin tiba-tiba saja merampas secara paksa tangan ku kemudian meniupi pelan punggung tangan ku yang saat ini memang terasa begitu dingin diterpa angin malam.
Aku hanya bisa terdiam menyaksikan segala aksi yang ia lakukan pada tangan mungil ku. "Gomawoo oppa."
"Aku baru sadar ternyata tangan mu kecil sekali Seijin." Kekeh Jin ditengah-tengah tiupannya.
Setelah selesai meniupi punggung tangan ku hingga terasa jauh lebih hangat, kini Jin melanjutkannya dengan memasukkan salah satu tangan ku kedalam kantung jas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.