26. Make It Right [Last]

1.6K 91 16
                                    

Selamat berbaper ria gaes
💜💜

Im so sick of this fake love
🎶🎵



"Andwaegetda Seijin-ah. Kau harus merelakannya pergi dengan tenang." Ucap Taehyung berusaha menenangkan ku kembali.

Yaa meski itu tak sedikitpun membuat ku bereaksi

"Aniyo oppa. Ini semua salah ku. Aku selama ini tidak bisa menjadi isteri yang baik untuknya." Ucap ku tersedu sedu.

"Jin oppa... jigeum ireona eoh? Ppali!! Jebal."

Ku peluk erat tubuh dinginnya itu seolah tak ada ruang kosong sedikit pun diantara kami. Mengikis jarak yang tersisa hingga membuat ku sendiri cukup tercekat. Aku sangat tidak ingin kehilangannya.

Maafkan aku Jin karena telah membuat basah baju pasienmu dengan limbah air mata ku ini.
Aku hanya ingin menangis sepuas puasnya didepan mu saat ini.

Ku dekatkan birai ku disekitar daun telinganya yang terasa begitu dingin bahkan lebih dingin dari telapak tangan seorang bayi. Kemudian ku hembuskan sepatah dua patah kata tepat didepan telinganya.

"Saranghae oppa."

Sebuah kalimat singkat yang nyaris tak pernah terucap dari mulut ku selama ini, akhirnya merangkak keluar jua melalui kerongkongan ku menuju sela sela deret gigi ku dan akhirnya berhenti digendang telinga lelaki bermarga Kim ini.

Tetesan terakhir air mata ku sukses mendarat dipipi tirusnya sebelum Jin benar benar akan dibawa oleh dokter Jung.

Aku hanya bisa melepas kepergian dokter Jung bersama brankar yang membawanya dengan tangan yang masih tergantung seraya mengantar kepergiannya.

Taehyung dan Namjoon terus saja mengusap usap pelan punggung dan bahu ku.

Dokter Jung yang baru saja berjalan beberapa langkah menyusuri koridor, tiba tiba saja berhenti.

Dengan mata yang nyaris keluar dari kandangnya ia dekatkan telinganya kedada kiri Jin seperti ingin mendengar sesuatu. Lalu kemudian meremas remas pelan telapak tangan Jin.

Kami yang melihat tingkahnya itu hanya bereaksi diam ditempat tak mengerti.

"DIA MASIH HIDUP. SEOKJIN MASIH HIDUP!!" Teriak dokter Jung lantang.

"Jinjja?!!" Ucap kami serempak antusias.

Dokter Jung segera menarik brankar yang membawa Jin ini masuk kembali keruangan steril kedap suara itu. Memanggil beberapa dokter andalan tadi yang dengan secepat cahaya sudah berada dan ikut menangani pasien elite ini.

Menempelkan kembali alat defriblator pada dadanya. Benar saja yang dokter Jung katakan, Jin memberikan reaksinya, hingga layar monitor penunjuk detak jantung itu kembali menunjukkan garis garis keritingnya yang nyata.

Ada secercah harapan tergantung dihati ku saat ini. Semoga dia membuka matanya dan kita akan hidup normal seperti dulu lagi.

Semoga...

****

Singkat cerita setelah mukjizat sang maha pencipta yang diberikannya pada Jin saat itu, membuat ku mampu melihat senyum indahnya lagi yang merekah diwajahnya.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang