Sejak kejadian dramatis bak adegan drakor itu, kami pun kini menjalani hidup seperti biasa.
Seolah ingin melupakan kejadian malam itu, kami sepakat untuk tidak mengungkitnya satu sama lain dan berusaha sebisa mungkin menjalani hari-hari seperti biasa meskipun memang ku akui ini terkesan sedikit canggung."Seijin aku akan mengantarmu kekampus hari ini." Ucap Jin mengawali pagi kami.
"Nee gomawo oppa."
****
Suasana dikampus sedikit berubah menurutku, bukan karena aku yang sudah memiliki jarak dengan Jimin aku sudah sadar lama akan hal itu, tapi melainkan karena aku yang sudah jarang berhubungan dengan lelaki cerdas berkacamata itu.
Sejak ia mengutarakan pernyataan konyol itu aku sudah jarang berhubungan dengannya lagi. Padahal ia masih sering mengirimi ku chat lewat SNS maupun Kakaotalk. Sekedar untuk menanyakan konidisi kesehatan ku atau hal-hal mengenai tugas kampus lainnya.
Namun aku menolak semua niat baiknya untuk lebih akrab dengan ku itu. Segala obrolan hangat darinya hanya ku balas sekedarnya saja layaknya hubungan antara seorang mahasiswa dan seorang dosen pada umumnya.
"Seijin, mau ikut dengan ku keperpus?" Ajak Namjoon yang tidak bosan-bosannya menyapa diri ku yang teramat dingin ini untuknya.
"Aniyo kyosunim Kim mianhae. Aku harus pulang cepat hari ini. Lain kali saja." Ucap ku kemudian berlalu meninggalkannya.
Seokjin POV
Bodoh, sial, keparat
Terkutuklah kau wahai Kim Seokjin karena telah terbuai oleh rayuan maut gila ini
Kenapa kau ingin sekali masuk dan bergabung kedalamnya yang didalam dihuni oleh para iblis ini
Apa jawabannya karena uang?
"Jika kau benar benar ingin keluar dari perkumpulan yang sudah membawa namamu pada puncak kesuksesan ini, kau harus merelakan semua yang telah kau raih selama ini hilang dalam sekejap mata. Kekayaan, kesuksesan, kekuasaan dan segala bentuk kemegahan dalam hidup mu harus musnah seketika. Dan satu lagi, apa kau ingat Seokjin saat pertama kali kau ikut bergabung dalam sekte luar biasa ini. Kau harus mengikuti sebuah upacara kecil bukan. Nah tidak beerbeda jauh dengan itu, pada saat keluar pun kau harus melakukan hal yang sama. Atau jika tidak aku yang akan melakukan itu pada orang terkasihmu."
Kalimat demi kalimat itu terus terngiang hingga merambat kedalam saraf saraf otak ku.
Seakan dihantui olehnya, setiap apapun yang ku lakukan, aku selalu terbayang oleh kalimat- kalimat yang keluar dari mulut seorang iblis itu.
Tinnnnnn
Bunyi klakson mobil ku sendiri yang secara tidak sengaja tertekan oleh jidat lebar ku ini.
Entah sudah berapa lama aku tertidur dimobil ini hingga bunyi klakson mobil ini secara tidak sopan membangunkan ku secara paksa.Rasanya malas sekali aku pulang. Aku tidak mau Seijin melihat ku dalam keadaan frustasi seperti ini. Aku ingin cukup aku saja yang tahu. Tetapi jika aku tidak pulang, pasti aku akan membuat khawatir Seijin. Maafkan aku Seijin untuk kali ini aku tidak bisa menceritakannya padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.