12. Who's Seolrin?

191 21 4
                                    

Harum aroma khas jasmine menguar lembut tatkala tubuh ramping itu keluar perlahan dari dalam kamar mandinya. Seijin baru saja menyelesaikan ritual paginya seperti biasa. Namun tidak seperti biasanya juga harum aroma jasmine dirinya tersebut tidak berpadu dengan harum aroma musk kuat yang sejatinya selalu memabukkan dirinya. Harum aroma penuh candu yang selalu dihasilkan dari tubuh seksi Seokjin.

"Oppa tidak berangkat kekantor?"

Ahhh ternyata Seokjin masih bercumbu mesra bersama guling serta selimut tebal miliknya. Pantas saja harum aroma musk yang kuat itu sama sekali belum menguar.

"Tidak ada rapat pagi ini jadi aku berangkat jam sepuluh saja sayang." Ucap Seokjin sengau sedikit serak.

"Heummm baiklah oppa temani saja Jimin dirumah yaa. Aku sudah membuatkan kimchi didapur. Oppa tinggal menghangatkannya saja lagi dimicrowave jika oppa ingin makannya nanti saja." Seijin meraih slim bag hitam kebanggaannya seraya melangkah maju menuju pintu kamarnya, sebelum akhirnya kembali mundur selangkah saat dirasa dirinya melupakan satu hal penting lagi. "Satu lagi oppa, jangan lupa antar Seowoon kesekolah yaaa. Dan pastikan dia sarapan juga."

Seokjin melebarkan bola matanya sekilas menatap Seijin yang nyaris saja meraih knop pintu kamarnya. "Memangnya kau ingin pergi kemana?"

"Ke supermarket. Kemarin aku sudah kesana, tapi hanya membeli susu Seowoon. Padahal bahan-bahan dikulkas sudah mulai habis. Sudah yaaa nanti aku kena macet jika harus melayani oppa berceloteh lebih panjang lagi. Daahhhh." Seijin melambai sekilas sebelum akhirnya menenggelamkan tubuhnya disebalik pintu kamar.

"Yaaa tunggu kau tidak minta antar dengan ku Sei?" Seokjin terduduk tegak seketika.

"Tidak terimakasih lanjutkan saja mimpi oppa." Ucapnya terdengar samar dari luar kamar.

Seojin lantas menenggelamkan wajahnya dibantal. Membenamkan dengan rapat wajah paripurnanya yang terlihat berantakan itu. Niatannya untuk bangun lebih siang menikmati mimpi indah bersama siluet sang mentari yang perlahan menghangatkan tubuhnya itu harus segera sirna. Bagaimana bisa Seijin menyuruhnya untuk melanjutkan mimpinya lagi, dengan banyak amanah yang menyertainya?

Memanasi kimchi dalam microwave,

Memastikan si kecil Seowoon sarapan dengan baik ,

Kemudian mengantarkannya pergi kesekolah,

Ahhh dan satu lagi, jangan lupakan presensi seorang pria Park yang masih mendengkur nyaman diatas ranjang kamar tamunya. Anak itu pasti akan merengek sialan jika tidak disiapkan air panas sebangun dari hibernasinya. Anak itu sering meminta itu pada Seijin untuk mandi paginya ketika ia bermalam dirumahnya. Seokjin saja sampai heran, memangnya berapa umur pria itu sampai harus masih mandi dengan air hangat dipagi hari. Bahkan Seowoon anaknya saja tidak seperti itu. Terkadang Seokjin berfikir untuk menghadiahkan pria berpostur tubuh dibawah rata-rata itu sebox besar popok bayi dihari ulang tahunnya

Aha, Seokjin bisa memirkirkan itu lagi nanti

***

Usai memilih sayuran, buah dan beberapa bahan dapur lainnya yang berkualitas Seijin segera menuju kasir dan melakukan pembayaran. Ia membayar semua belajaannya dengan uang cash. Seijin memang seperti itu. Dari dulu ia memang lebih nyaman memakai benda lembaran berharga itu dari pada harus menggunakan kartu ajaib yang mampu menyimpan ratusan bahkan jutaan won didalamnya itu. Meski terkadang memang sedikit ribet. Namun jujur Seijin tetap menyukainya. Itu semua karena satu trauma yang pernah mendiami baik satu sudut disistem limbiknya.

EpiphaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang