Ekspresi wajah loo ketika loo tahu doi online tapi gak bales chat loo
😂😂
Aku berjalan gontai menyusuri setiap jalanan yang ada. Tanpa ada arah dan tujuan. Sesekali aku meruntuki diri ku sendiri yang terlahir begitu malang dan bodoh ini.Tapi sekali lagi aku tersadar, tidak ada yang bisa disalahkan atas ini semua. Jikapun ada itu adalah diriku sendiri yang terlalu coroboh dalam mempercayai orang lain.
Ini sudah menjadi takdir Tuhan.
Hanya kalimat itu yang terus terngiang-ngiang indah dibenak ku saat ini. Setidaknya hanya itu yang mampu ku pegang teguh agar setidaknya aku tidak terlalu membenci sang pemberi nyawa ini.
Hati ku terasa kian hancur ketika menyadari nasib ku yang sangat menyedihkan saat ini namun tidak ada satupun orang yang mampu berada disisi ku.
Bahkan Jimin tidak dapat dihubungi sama sekali. Taehyung?? Jangan tanya namja tampan itu. Aku bahkan sudah ratusan bahkan ribuan kali menelponnya, namun tetap tidak dapat ku dengar kembaki suara berat indahnya.
Mungkin dia sudah ganti nomor telepon sekarang. Atau saja dia sudah lenyap ditelan bumi. Entahlah hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Aku bahkan tidak sadar aku sekarang akan kemana dan ditempat apa. Ketika ku tengadahkan kepala ku keatas, ternyata aku sudah berada tepat didepan rumah lama ku.
Mungkin saat aku naik taksi tadi aku tidak sadar bahwa aku menyebutkan alamat rumah lama ku yang dulu.
Tak ada pilihan lain selain masuk dan berdiam diri untuk beberapa saat disana. Meskipun pikiran ku benar-benar kalut hari ini, tapi aku tidak pernah lupa dengan pasword pintu rumah ku.
Usai menekan delapan digit kode rumah ini, aku pun masuk kedalamnya. Ku dapati kondisi rumah yang sangat berantakan, kotor gelap bahkan terkesan angker. Berbeda sekali dengan suasana rumah ku tepat satu tahun yang lalu itu.
Tapi jangan salah, kali ini aku tidak mempermasalahkan itu, yang ku ingin sekarang hanyalah masuk kekamar ku dan sesegera mungkin menenggelamkan wajah ku dikasur tempat ku mengadukan segala keluh kesah ku selama ini. Sekedar untuk menenangkan betapa berantakannya diri ku sekarang.
Entah apa yang kurasakan, tiba-tiba saja disaat yang tidak tepat para-para demonstran diperut ku melakukan aksi frontalnya. Jika sudah dalam tahap depresi seperti ini, napsu makan ku nyaris berkali-kali lipat lebih seram bahkan mengalahi acara mugbang sekalipun.
Ku pesan banyak makanan berat lewat driver food di dalam salah satu aplikasi diponsel ku. Napsu, dahaga, bahkan kegilaan ku pada makanan akan terbayar saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.