Seijin sedikit sibuk hari ini. Perihal sang suami Seokjin yang tetiba saja disergap oleh panggilan mendadak dari tempatnya bekerja, meminta dirinya untuk berangkat menyambangi kantornya dipagi buta bahkan disaat sang buah hati Seowoon belum membuka mata.
Alhasil Seijin pun harus bekerja ekstra dua kali lebih kuat pun cepat dalam memforsir sedikit tenaganya pagi ini. Menyiapkan sarapan Seokjin dan si kecil Seowoon. Dan yeahhh dia juga yang harus mengantarkan buah hatinya pergi kesekolah pagi ini.
"Belajarlah dengan baik, arachi?" Titah Seijin usai mengecup pelan surai hitam puteranya kemudian mengusap pelan kedua belah pipi nan gembil itu.
"Nee eomma." Seowoon mengangguk paham.
"Seowoon sudah tidak membawa lego lagikan kesekolah?"
"Heum-heum." Lagi anggukan dua kali oleh bocah kecil menggemaskan itu.
"Baiklah Seowoon eomma memang anak yang penurut." Seijin kembali mengecup pelan surai hitam buah hatinya sebelum akhirnya melepaskan rengkuhannya pada si buah hati. Membiarkan kaki kecil itu berlari penuh semangat memasuki gerbang sekolahnya dan akhirnya lenyap didalam sana.
Seijin menghela napas panjang menatap lamat Seowoon yang baru saja menghilang kedalam gerbang sekolah setinggi dua meter itu. Seijin mengulas senyum tipis kentara diwajahnya. Rasa-rasanya sudah lama sekali dirinya tidak mengantarkan Seowoon putera kecilnya kesekolah sejak Seokjin memutuskan untuk membeli mobil baru dan mengantarkan Seowoon sendiri kesekolah karena arah sekolah Seowoon dan kantor dimana dirinya bekerja satu arah.
Setelah torso kecil yang amat begitu lincah itu telah menghilang lenyap dengan sempurna usai penjaga sekolahnya menutup kembali gerbang setinggi dua meter itu, Seijin membalikkan tubuhnya sambil merogoh ponsel hitam miliknya dari slim bag yang tengah terselampir diagonal ditubuhnya.
Hingga suara bariton yang teramat familiar seketika menyambangi rungunya. Berhasil menginterupsi Seijin untuk segera mengalihkan fokusnya mencari presensi sang sumber suara yang sejatinya selaku memguarkan afeksi kehangatan itu.
"Sei kau habis mengantar Seowoon?" Ucapnya kemudian berjalan santai mendekati Seijin dengan sebelah tangan yang dimasukkan kedalam saku celana hitamnya.
"Ahh oppa."
Ternyata itu adalah pria luar biasa tampan dengan senyum lebar kotaknya yang terpatri sempurna diparasnya. Kim Taehyung.
"Iya aku baru saja mengantarkan Seowoon." Seijin memasukkan kembali ponsel hitam miliknya kedalam slime bag miliknya. Menjeda sejenak niatnya yang ingin memesan taksi online tadi.
Taehyung heran, kernyitan samar terlukis jelas diatas keningnya. "Sungguh? Memangnya Seokjin hyung kemana?"
"Dia ada meeting penting pagi ini oppa. Jadi tidak bisa mengantarkan Seowoon kesekolah."
"Oooh." Taehyung mengangguk samar kemudian lanjut berkata, "Sekarang kau ingin pulang."
"Lalu apalagi?" Seijin menggedikkan kedua bahunya singkat.
"Ikut saja dengan ku. Aku akan mengantarkanmu pulang. Lagipula pasti kau naik kendaraan umumkan?" Tawar Taehyung kemudian mengeluarkan sebelah tangan miliknya dari saku celananya.
"Tidak perlu oppa. Nanti merepotkan aku bisa pulang sendiri." Seijin menggeleng cepat sedikit menolak penawaran dari pemuda Kim tersebut.
Mendengar itu Taehyung hanya bisa mendengus napas kasar seraya berucap, "Yaaa Seijin-ah kau ini seperti bicara dengan siapa saja. Ini aku Kim Taehyung kakakmu. Kenapa kau harus secanggung itu. Sekarang cepat naik atau aku yang akan menaikkanmu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphania
RandomSegelintir kisah pelik, tentang bagaimana cinta dan maut yang terimplisit dalam satu takdir yang sama. Juli, 2019.