1. Two Mini Min
"Hyung, kantin?" Seokjin menimbang-nimbang, sisa uang dikantungnya hanya cukup untuk pulang. Sebenarnya masih ada sisa uang kemarin, disimpannya jika ada keperluan mendadak. Tidak lucu ketika yang lain sudah mendapat lembar kerja hasil diperbanyak sedangkan tidak baginya karena alasan belum membayar.
Seokjin menggeleng, melanjutkan kebiasaannya, mencari banyak kemungkinan. "Kau pergi sendiri tak apa kan? Kau bukan lagi bocah SHS." Pemuda itu menggembungkan pipinya kesal dan mendudukan diri di bangku sebelah Seokjin. Surai merah mudanya memantul, Seokjin terkekeh samar.
Pemuda itu mengerucutkan bibir tebalnya. "Tapi hyung, aku tidak mau diganggu seluruh penghuni kantin." Seokjin menatapnya datar dan meletakkan kepalanya diatas tangannya.
"Kau pikir mereka mengganggumu tanpa alasan? Salahkan wajah manismu." Bersama dengan ucapannya, pintu terbuka, seorang pemuda masuk dan mengambil tasnya.
"Hyung lebih cantik."
"Matamu sipit! Aku tampan, berhenti menatap pemuda Min seperti itu, kau bisa membuatnya kabur. Kau berkata padaku jika kau menyukainya, tapi mengejarnya tanpa tahu malu." Pemuda itu hampir meraih vas bunga sebelum Seokjin mengambilnya dan memeberi tatapan tajam.
"Aku diam kok." Acuhnya sambil mengendikkan bahu.
Seokjin melirik pemuda yang sedang berkutat dengan isi tasnya, menyeringai tanpa ketahuan di samping pemuda manis itu. "Lalu mengapa ponselmu penuh gambarnya bermain basket, Jimin-ssi?" Jimin menundukkan kepalanya, mulutnya tak berhenti memberi Seokjin sumpah serapah. Pemuda Min baru beranjak saat Seokjin selesai mengucapkan kalimat memalukan baginya.
"Sialan kau Kim Seokjin! Dia mendengarnya! Argh sialan, sialan." Seokjin masih memandangnya datar. Apa yang salah? Anggota klub basket tak hanya Min Yoongi.
Seokjin puas akan kejahilannya, melihat bagaimana pemuda manis itu mengacak rambutnya frustasi adalah hal yang ditunggunya dari asal niatnya terlintas."Kau berlebihan anak muda. Kalau dia sadar bukankah bagus? Tidak perlu lelah mengejarnya, kalau dia juga tertarik dia akan mendekatimu." Selera bocah di depannya ternyata bagus juga, Min Yoongi punya jabatan penting di klubnya, ketua klub basket dan wakil klub musik. Sebenarnya kandidat ketua klub musik, hanya saja sudah menjadi ketua basket lebih awal, dan untuk mengurangi kemungkinan Yoongi lulus dengan tertunda kebijakan ini berlaku padanya.
Jimin memberenggut, Seokjin kini menatapinya malas. Jimin mengganggu acara 'mari merenungkan soal uang', yang sejak tadi Seokjin lakukan. Mengganggunya dengan kegiatan mengagumi seseorang, well sebenarnya tidak seburuk itu.
Seokjin bosan, dia segera bangkit dan meraih ranselnya. "Heh bocah, tidak jadi ke kantin?" Jimin masih diam, wajah bodohnya belum bereaksi.
"Yoon, kemari kau!" Untung sekali Yoongi kembali masuk, cukup tak berguna kembali ke kelas kosong ini---atau mungkin kecurigaannya benar. "Kenapa keluar masuk kelas ini berkali-kali?" Ditatapnya wajah Yoongi yang berusaha dialihkannya, pemuda di depannya rupanya gugup.
Seokjin menyeringai. "Kalau suka dengan pemuda bodoh di sampingku?---" Yoongi mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Seokjin segera membisikan ide jahilnya. "Bilang saja!" Jimin masih belum sadar, sebenarnya wajahnya tak bodoh sepenuhnya, terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Seokjin memangnya bukan induknya?
"Eh? Boleh begitu?" Tawanya hampir meledak, jadi benar dua orang idiot di masing-masing sampingnya saling suka? Lalu mengapa mereka membuatnya jadi rumit?
"Bangunkan putri dari lamunannya, katakan kau menyukainya. Terdengar mudah bukan?" Yoongi semakin gugup, tak ingin terkena resiko ditolak, sebebarnya. Seokjin memutar bola matanya malas, memberikan tatapan 'percaya padaku' dengan jempol teracung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...