7. Kind Person Named Seokjoong
Seokjin mengusap perutnya, tidak disangka dia hidup dengan sehat. Sempat ketakutan jika dia punya kekurangan melihat apa yang mereka berdua lewati. Pria itu sangat baik, salah satunya memberikan beberapa solusi.
Bekerja.
Pintar sekali. Maka hari ini Seokjin berangkat, membawa dokumen penting miliknya dari sebuah Apartemen milik kenalan pria itu. Perlu 3 hari hingga segalanya selesai, terus mengingat bahwa Seokjin punya tanggung jawab baru. Berusaha sesehat mungkin meskipun jiwanya tidak sesehat itu.
Lingkungannya sangat bagus, berharap dia dapat tumbuh dengan baik.
Setelah memikirkannya baik-baik, orang itu tak perlu tahu. Toh, saat di rumah sakit berita pertunangan orang itu sudah menyebar luas, jika kembali hanya memberikan imbas kepada mereka berdua. Seokjin sudah cukup mendapat balasan dengan beberapa pukulan dan tendangan anak buah orang kaya itu.
"Aku tahu kau tidak akan menyusahkanku, melihat keadaan kita yang sekarang." Tangannya bergerak mengusap perut ratanya, mungkin dia bisa mendengarnya karena mereka terikat.
"Orang itu baik bukan? Menawarkan pekerjaan untukku. Setelah ini jika kau ingin sesuatu akan kuusahakan sebisa mungkin. Terima kasih sudah bertahan." Seokjin tersenyum di depan cermin, tak apa di anggap gila, di sini tempat umum memang.
Menurunkan topinya menutupi rambutnya yang semakin memanjang. Tak apa jika nanti dia dianggap sebagai seorang wanita, toh mana ada lelaki yang punya kelainan sepertinya?
Pria bernama Kim Seokjoong---dan entah berapa banyak Kim lagi yang akan mengusik hidupnya---menawarinya pekerjaan. Sekiranya Seokjin lelah bisa berpindah tugas menjadi penjaga kasir di restoran besar milik Kim Seokjoong. Mengabaikan fakta bahwa dia bekerja di sana karena pemiliknya, Kim Seokjoong yag menawarinya pekerjaan. Jika tak menyisihkan rasa malunya mungkin mereka akan kelaparan.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Pengantar makanan yang tampak seumuran sepertinya atau lebih tua bahkan, memadanginya yang sibuk mencari-cari Seokjoong.
"Aku ingin bertemu dengan Kim Seokjoong-nim." Pria itu mengangguk. "Si pegawai baru?" Seokjin mengangguk, tangannya ditarik, dibawa menuju ke sebuah ruangan di samping dapur utama.
"Lemari nomor 71, hidupmu sepertinya dipermudah." Seokjin menengok, seakan tak mengerti ucapan pria kecil di sampingnya meskipun kepalanya sibuk berpikir macam-macam. Sebenarnya Seokjin setuju, hidupnya sangat mudah, sekali-dua kali mendapat masalah jika diberi balasan baik apakah Seokjin tidak bisa disebut beruntung?
"Dipermudah?" Pria itu mengangguk, topi hitamnya dilepas, beberapa titik keringat diusap di lengan baju berwarna hitam. Seokjin mengernyit, jorok sekali, ini restoran besar kan?
"Aku bahkan bersujud agar diterima di sini." Seokjin membulat, membayangkan tubuh gempal Seokjoong yang bertanduk dan memiliki ekor, bergidik ngeri kemudian. Seokjoong tampak aneh.
"Kau siapanya? Kekasihnya ya? Tumben tidak anggun dan modis. Sepertinya selera Bos turun." Seokjin ber-hah ria sementara pria itu melambai gemulai.
"Seokjin! Seokjin!"
"Dia tidak ada di sini! Berhenti!" Yoongi susah payah menarik tubuh besar Namjoon. Pria itu seakan gila menggebrak pintu yang tak lagi kuat bekas Apartemen Seokjin.
"Keluarlah Namjoon, tempat ini akan diratakan sebentar lagi." Yoongi memandang nanar Namjoon yang menempelkan setengah wajahnya pada pintu, tangannya masih tergenggam, memukul lemah pintu kayu itu. Suara alat berat seakan tak dihiraukan mereka berdua. Jika Namjoon bersikeras di sini mungkin bola besar alat berat itu akan meremukkan tulang-tulang mereka berdua.
![](https://img.wattpad.com/cover/190659354-288-k254531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...