5. His Father
Hari ini yang dilakukan Seokjin hanya berbaring seharian di kamar sempitnya, memandangi langit-langit retak yang lebih baik dari pada langit-langit dapur. Kakinya menimpa tumpukan bantal dan guling yang membuat tubuh bagian bawahnya lebih tinggi dari kepalanya. Cara bodoh mengurangi sakit kepala.
Harusnya hari ini Seokjin bersenang-senang bersama yang lain. Yoongi berulang kali mengiriminya pesan bahwa jika Seokjin berubah pikiran, diharuskan datang ke pesta kecil-kecilan miliknya. Merayakan kelulusan sidang terakhir dari keseluruhan skripsi yang membuatnya muak.
Omong-omong Seokjin sudah mengantongi gelar sarjana, teman-temannya banyak yang kenal dengan pemilik perusahaan atau atasan-atasan baik lainnya. Tinggal menunggu ijazah dan segera setelah itu Seokjin akan mengundurkan diri pekerjaan awalnya sebagai pelayan Kafe, kasir Toko Kue, dan kuli angkut Minimarket.
Orang kaya memangnya selalu merayakan sesuatu semacam itu? Apa dulu Yoongi dibuatkan pesta saat berhasil mengayuh sepeda dengan lancar? Apa ada pesta setelah Yoongi mengalami mimpi basah? Yang lebih ekstrim, apa Yoongi merayakan pesta setelah berhasil membobol Park Jimin sekaligus pengalaman pertamanya membobol seseorang? Wah pasti keren, Seokjin ingin bergabung rasanya.
'Memangnya pesta orang kaya itu seperti apa?' Seokjin bertanya dalam hati, satu tangannya digunakan untuk memijat pangkal hidung, sisanya mengelus perutnya. Buncit, tapi Seokjin bersumpah dia sudah diet. Sisa sarapannya bahkan dimuntahkan sia-sia---menyalahkan prosedur tes akhir karena menyita waktu istirahatnya sampai habis karena pekerjaannya tak mungkin ditinggal, lagi pula masa cutinya telah habis. Lagi-lagi karena urusan kampus.
Seokjin langsung bangun tegap, lidahnya berair, ingin susu coklat rasanya. Senyumnya terkembang saat menemukan sekotak susu di lemari pendinginnya.
"Um, aku tak pernah tahu jika minum susu coklat terasa sangat nikmat." Mendesah lega setelah menghabiskan sekotak susu kemasan 2 liter, meringis melihat sisa bungkusnya. Nafsu makannya sangat mengerikan. Ini bukan makanan kan? Seokjin mengelus dadanya lega.
Berguling lagi di ranjang, air putih bahkan dimuntahkannya, untung tidak dengan susu coklat yang ditelannya beberapa menit lalu. Perutnya kembali dikompres, tangannya tadi hampir terbakar, untung saja Seokjin hanya terkena sedikit tumpahan air panas.
Melenguh nyaman saat hangat air yang dibawanya lumayan membantu. Menatap langit-langit, bergumam betapa menyedihkan dirinya.
"Ini karma karena kau begitu materialistis pada Namjoon meskipun itu tentang makanan." Seokjin membayangkan tangan besar Namjoon berada di atas perutnya, merasakan hangatnya.
"Aku begitu merindukan Namjoon hingga melihatnya menyentuh perutku yang sakit." Seokjin tersenyum dan memejamkan matanya. Menyanyikan lagu tidur untuk dirinya sendiri hingga bosan dan jatuh tertidur.
Tidak sebelum suara kekehan dan elusan di kepalanya terasa. "Tidurlah Jinseok-baby."
"Namjoon?!"
Seokjin merengut di tempatnya, Namjoon berubah seperti Ibunya, yang bahkan Seokjin sudah lupa akan sentuhannya. Di depannya banyak makanan, terutama sayur. Seokjin si pemakan segala berubah jadi pemilih beralasan perutnya sakit.
"Tidak mau sayur, Namjoonie."
"Seokjin, jangan berubah imut, makan brokolimu." Seokjin menghela napas, menggigit ujung benda hijau yang dipotong besar-besar dengan daun bulat-bulat kecil terkumpul jadi satu. Satu gigitan dan Seokjin berlari ke arah Kamar mandi karena muntah hebat, bagus sekali Tuan Kim satu itu.
"Seokjin!" Memijat tengkuknya, hampir membuat keduanya jatuh karena tidak sengaja menumpahkan sabun cair yang baru dibeli Seokjin dua hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...