4. Down and Up
Seokjin bersabar, melihat Namjoon tebar pesona pada hobae tingkatnya. Tangannya terkepal, hampir saja ingin memukul jika Namjoon tak melihat ke arahnya dengan senyum manis andalannya.
Ada apa dengan kepala Hobae itu? Apa banyak ketombenya hingga Namjoon mengusaknya begitu gemas?
Seokjin kesal, berbalik setengah berlari ke arah kelasnya. Yang ditunggu untuk menjemput terlalu sibuk dengan diskusinya.
"Jin! Jinseok!" Memejamkan matanya mendengar nama aneh terlontar dari bibir Namjoon. Panggilan sayang katanya.
"Hey, kenapa sih?" Masih ditanya? Seokjin memaksakan senyumnya. "Aku ada kelas, sampai jumpa." Namjoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menatap punggung itu menjauh.
"Tadi dia bersemangat sekali saat ku telepon, katanya kau ingin menjemput dan pulang nanti membawanya pergi. Aku baru sekali mendengarkannya seperti itu, kau terlalu berpengaruh terhadapnya." Ucapan Yoongi membuat matanya melebar, menepuk kepalanya dengan kepalan tangan, mengumpat dan sekarang mengejar Seokjin yang sedang berlari entah kemana. Lagipula hari ini tak ada jadwal, hari ini Seokjin datang untuk meminta masukan pada dosen pembimbingnya.
Keduanya begitu sibuk, dan hanya kali ini mereka bisa beremu setelah menjadwalkan segalanya dari jauh-jauh hari. Dan Namjoon melupakannya begitu saja.
Berlarian dikoridor, membuka kelas dan membungkuk malu ketika kelas berisi mahasiswa yang menatapnya terkejut. Dosen yang ingin marah juga segan padanya.
"Kau kemana say---" Ucapannya terhenti ketika mendengar suara isakan dari tangga darurat. Membuka perlahan, siapa tahu bukan manusia. Dilihatnya sosok berbaju merah, membekap mulutnya susah payah, membelakanginya.
Memeluknya dari belakang, terlampau hapal dengan tubuh itu. Membalik meskipun kepalan tangan itu memukulnya lemah, menyuruhnya pergi. Usahanya mencari di sekeliling kampus selama beberapa jam membuahkan hasil. Padahal sebentar lagi Namjoon akan beranjak dan mencari kekasihnya ditempat lain.
"Pergi sana hiks, aku hanya terlalu sensitif." Seokjin tak sepenuhnya berbohong, bahkan sesuatu yang menimpanya begitu berat dilewatinya dengan sangat tegar. Namjoon paham itu, ia memang begitu berpengaruh terhadap pemuda cantik dipelukannya ini.
"Jangan biarkan aku pergi, aku takut jika aku benar-benar pergi." Langkah yang tepat membuat Seokjin semakin keras menangis, memeluknya begitu erat dan membuat bajunya berakhir basah. Tak yakin Seokjin akan menyelesaikan tangisnya dalam waktu dekat. Ketika manusia tegar sepertinya terusik, bukan hal mudah membuatnya kembali diam.
"Aku ingin makan kue." Ucapan serak itu membuat Namjoon memandang heran Seokjin. Hanya 15 menit? Dalam hati menebak jika Seokjin akan menangis hingga kaki keduanya lelah berdiri.
"Ayo, ingin beli di mana?"
"Buat bersamamu." Seokjin tak pernah merepotkannya, sama sekali.
***
Namjoon menatap aneh bentuk kue yang setengah hancur dengan toping berbagai macam makanan manis. Seokjin menatapnya penuh binar. Mengapa tampilan makanan Seokjin semengerikan itu?
"Ini enak?"
"Kenapa nadamu bertanya? Harusnya bilang ini enak, bukan bertanya ini enak?" Namjoon melebar, Seokjinnya merajuk, menutup diri dengan selimut biru bergambar koala tertidur. Dari Namjoon dengan judul 'hadiah'.
Namjoon menutup matanya, merasakan selai dan jelly yang pecah bersama dinginnya eskrim, jangan lupakan kue coklat berwarna hampir kehitaman. Matanya kini melebar, ia kira ini akan sangat manis dan membuatnya muntah karena kuenya gosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...