2. First 'Deep' Kiss
"Joonie berat ish sana, aku ingin mandi." Berakhirlah mereka di atas ranjang Seokjin yang sebenarnya sempit. Tapi apa boleh buat, Namjoon bersikeras menginap karena ucapan Sokjin semalam.
Untung hari ini hari libur, jadi Seokjin tak perlu susah payah membangunkan Namjoon. Biarkan dia bangun sendiri, kalaupun belum, Seokjin bisa menendangnya, jika menyiramnya dengan air hanya akan menambah tagihan airnya.
Semakin banyak bahan makan yang disimpannya kemarin, membuat Seokjin semangat bangun pagi. Untuk apalagi selain memasak makanan enak? Uang banyak, perut Seokjin kenyang.
"Sudah mandi hm?" Selera pakaiannya buruk jika disamakan dengan Namjoon. Sangat disayangkan Seokjin menyukai warna pink, tapi lumayan juga karena itu baju terbesar yang dimilikinya.
Namjoon mengangguk di belakang tubuh Seokjin. Tanpa berbalik Sokjinpun tahu karena Namjoon memeluknya dari belakang. Kenapa tidak memberontak? Masakannya hampir selesai, buat apa Seokjin berteriak---lagipula tangan besar Namjoon sangat nyaman.
"Lepas dulu, aku ingin menuangnya di sana."
"Berarti aku boleh memelukmu lagi?" Seokjin berdecak setelah meletakkan peralatan masak yang sudah dicucinya.
"Aku tidak bilang mengijinkanmu. Makan yang banyak, kau suka daging kan?"
"Tahu dari mana?" Seokjin mengendik, sebenarnya perihal kesukaan Namjoon, Seokjin tak sengaja pernah melihat Namjoon berada di kedai, memasak bulgogi bersama temannya yang Seokjin tak tahu namanya. Seokjin hanya menebaknya, bukan berarti benar-benar tahu jika itu makanan kebenaran pemuda bertubuh lumayan besar di sampingnya ini.
"Jangan seperti anak kecil, makan sayurnya." Namjoon menggeleng dan menutup mulutnya, persis bocah yang merajuk. "Joonie makan sayurmu."
"Joonie?"
"Eum kan namamu Namjoon."
"Berarti aku boleh memanggilmu Jinie."
"Aku lebih tua Joonie."
"Aku tak peduli." Balas Namjoon mengendik.
"Makan sayurmu, jangan mengalihkan ucapanku. Ini coba dulu!" Namjoon mau tak mau menerima suapan Seokjin.
"Ini karena disuapi olehmu atau karena masakanmu enak?"
***
"Hari ini aku ada kelas hingga sore, jangan menungguku. Orang kaya sepertimu pasti punya banyak urusan." Seokjin melangkah keluar dari mobil mewah milik Namjoon. Setelah berterima kasih dan menunduk sopan, Seokjin bergegas masuk ke dalam kelasnya. Jika dilihat orang kemungkinan besar akan terjadi perang dunia untuk kesekian kalinya.
Sialnya ada saja yang melihatnya, berbisik-bisik memandangnya. Tapi jika Seokjin diusik lebih dalam maka Seokjin akan bertindak cepat.
Memanggil Namjoon misalnya.
"Prof, anda ingin masuk ke kelas saya bukan? Kemarikan biar saya bantu, sekaligus permintaan maaf karena beberapa menit lagi kelas hampir dimulai." Dosen yang terkenal galak itu mengangguk sekilas, memberikan berlembar-lembar kertas yang Seokjin tebak hasil kuis minggu kemarin.
"Sudah menemukan judul yang pas dengan skripsimu?" Seokjin mengangguk mantap, meskipun Seokjin bukan anak yang rajin, tapi sifatnya yang terkenal ramah membuat siapapun lawan bicaranya betah berlama-lama bersama Seokjin.
"Aku harus mendiskusikannya lagi dengan Dosen pembimbingku ssaem."
"Kenapa kau ada di sini?" Bisik Seokjin pada Namjoon yang duduk di sebuah kursi yang berdekatan dengannya. Hanya itu sisa kursinya, dan ada Namjoon di sebelahnya, menatapnya dengan senyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...