3. Sweet as Candy
Melihat jam tangan 'awet'nya lagi untuk ketiga kalinya. Sial bagi Seokjin yang bangun kesiangan, berpikir keras bagaimana cara bertahan hidup saat pimpinan kampus berdiskusi untuk memberi libur atau lebih tepatnya membuatnya tersiksa lagi.
Ini masih akhir bulan dan uang jajan hasil otaknya belum dikantonginya. Seokjin bersumpah jika suatu saat kaya dan punya sekolah, bagi yang tak punya uang akan dibantunya tanpa syarat. Kepalanya sangat pening, sedikit saja nilainya turun, Seokjin terancam gagal kaya. Negaranya ini menjunjung tinggi prestasi dan jika punya nilai terendah, harus berpikir ingin menyembunyikan wajah dimana.
"Aku akan kaya, awas saja." Seokjin mempercepat langkah setengah larinya. Sekali bus meninggalkannya, wajahnya akan total hilang, nilainya bisa terancam karena ini agenda wajib yang pertama kali diadakan atas usul Namjoon dan organisasi bodoh buatan temannya.
Duk!
Duk!
"Buka pintunya! Ini Kim Seokjin!" Siapa tahu mereka menunggunya?
"Tepat waktu sebelum kita berangkat, masuklah." Entah Seokjin tak pernah melihat wajah asing yang membuka pintu bus untuknya, mungkin anak fakultas lain.
"Hyung." Seokjin mencari arah suara, itu Yoongi dengan seorang gadis di sampingnya. Bocah Park tak boleh ikut karena ini agenda khusus untuk mahasiswa semester akhir.
"Yang baru datang segera duduk di tempat yang kosong." Pandangan Seokjin mengedar, semua orang menatapnya aneh. Mulai bingung, kesal mungkin karena membuang waktu, atau senyum menyeramkan jika dilihat-lihat milik pemuda yang membukakan pintu tadi.
"Hyung, sebelah kananmu." Yoongi baik sekali, mau memberitahu---Namjoon menatapnya datar, sangat.
"Pe-permisi." Tangannya meraih bagasi atas, ingin meletakkan dua tas jinjing besarnya. Perhatiannya teralih karena bus berjalan mundur sebelum tubuhnya tersentak karena supir memindahkan presneling.
"Joonie maaf!" Tas besarnya benar-benar jatuh, mengenai Namjoon walaupun hanya satu perempat kepalanya, tapi itu sakit karena isi tasnya adalah botol-botol minuman berperisa yang repot-repot dibeli Namjoon tiga hari yang lalu, dan jangan ingatkan Seokjin dengan ciuman kemarin! Jangan!
"Kau bisa minta bantuan, minggir." Tubuh tinggi Seokjin didorong cepat ke arah bangku dekat jendela, tidak sampai membuat Seokjin terbentur, hanya sedikit syok.
"Kalau tidak mau harusnya bilang." Gerutu Seokjin setelah membenarkan letak duduknya.
"Berisik." Namjoon ikut memberinya ide untuk menyumpal telinga. Memang siapa yang ingin diajaknya bicara? Yoongi? Dia memilih tidur. Orang lain? Mereka sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya. Namjoon? Sedang menyumpal telinga dengan headphone ber-merknya. Dasar orang kaya.
***
Jika tadi benar-benar sepi, mengapa sekarang jadi ramai sekali? Seokjin terpaksa membuka matanya yang benar-benar lengket, mengusapnya sekilas setelah membuka mata. Semua orang berdiri, merekam sesuatu dengan kamera.
"Bagus sekali." Kalimat pertama yang didengarnya setelah kedua penyumpal telinganya terbuka. Jam di tangannya menunjukkan pukul 11.00.
"Apanya yang bag---" Kepalanya dengan kurang ajar ditarik Namjoon ke arah bahu Namjoon. Matanya juga ditutup paksa, hanya bisikan Namjoon yang membuatnya mengerti. "Jangan lihat, itu kecelakaan."
"Sebenarnya aku tidak terlalu takut dengan darah atau sesuatu yang mengerikan, kecuali jika menimpa temanku, mungkin aku akan menangis ketakutan." Perlahan Namjoon melepas tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Seokjin
FanfictionApapun agar dirinya bertahan, meskipun semua orang mencoba menjatuhkannya. Demi dirinya sendiri dan seseorang yang berharga. Apakah Namjoon benar peduli atau hanya berpura-pura? Seokjin bukan seseorang yang sempurna, mencoba bersanding di samping se...